Badan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku diminta melakukan sosialisasi untuk mengubah pola konsumsi masyarakat dari ketergantungan pada beras ke aneka pangan lokal."Hasil pangan lokal seperti umbi-umbian, jagung dan sagu juga memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan beras, sehingga berbagai program diversifikasi pangan lokal yang dikembangkan Badan Ketahanan Pangan (BKP) harus gencar disosialisasikan," kata Wakil Ketua komisi B DPRD Maluku, Andreas Taborat, di Ambon, Rabu.Tingkat konsumsi beras masyarakat di Maluku sebanyak 38 Kg per orang per tahun, dan kebutuhan beras masyarakat setiap tahunnya mencapai 96 ribu ton, sehingga masih kekurangan 36.000 ton setiap tahun yang disuplai dari luar daerah seperti Pulau Jawa.Sementara permasalahan di daerah ini menyangkut ketahanan pangan adalah pemikiran masyarakat yang selalu tergantung pada beras, dan mengkonsumsi umbi-umbian, jagung dan sagu, statusnya lebih rendah dari makan nasi.Menurut Taborat, aneka produk pangan lokal daerah sebenarnya memiliki kadar gizi yang lebih tinggi dari beras sehingga pola pikir seperti ini sudah harus diubah, dan BKP sebagai institusi yang menangani persoalan ini memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan sosialisasi.Makan pokok orang Maluku, khususnya di jazirah Kabupaten Maluku Tengah, Ambon dan Lease adalah sagu sedangkan Kabupaten Maluku Tenggara hingga Maluku Barat Daya berupa jagung dan umbi-umbian.Sehingga komisi B dalam penentuan anggaran belanja daerah tahun ini lebih fokus untuk mendorong BKP melakukan perubahan pola pikir masyarakat agar tidak terlalu bergantung kepada beras."Masyarakat harus diimbau untuk lebih meningkatkan kecintaan mereka terhadap pangan lokal," katanya.
BKP Maluku Diminta Ubah Pola Konsumsi Masyarakat
Kamis, 20 Januari 2011 7:52 WIB