Ambon (ANTARA) - Sejumlah aktivis lingkungan di Provinsi Maluku menyatakan, pemerintaj daerah belum menunjukkan keseriusan untuk melakukan pengawasan terhadap pelestarian terumbu karang di laut Maluku.
Direktur Moluccas Coastal Care (MCC), Teria Salhuteru di Ambon, Kamis, mengatakan untuk melindungi dan menjaga konservasi terumbu perlu ada langkah nyata dari pemerintah, bukan sekadar membuat kebijakan.
“Karena banyak aturan yang dibuat tapi tidak ada penjagaan dan pengawasan. Sama saja larangan buang sampah dan lain-lain tapi pengawasannya kurang,” kata Teria, kepada ANTARA, Kamis.
Selain itu, ia menyebutkan, perlu adanya edukasi kepada seluruh masyarakat lokal, tentang pentingnya terumbu karang serta fungsi dan manfaatnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya pengrusakan dari tangan masyarakat yang tidak tahu menahu soal pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang itu sendiri.
“Masyarakat lokal juga harus teredukasi tentang manfaat terumbu karang dan ditambah dengan pemerintah punya aturan-aturan, supaya bisa memperkuat untuk jaga terumbu karang. Dan lebih perbanyak pemberitaan-pemberitaan media juga untuk fungsi kondisi karang itu,” ucapnya.
Ia mengaku, dari aksi di lapangan untuk melakukan pembersihan, atau pun menanam karang, ia menyimpulkan terumbu karang terancam rusak kebanyakan karena pencemaran sampah di laut.
“Kalau untuk riset yang sekarang ini yang MCC temui di lapangan banyaknya sampah yang merusak terumbu karang itu sendiri. Karena ia menempel di karang, dan itu juga membuat ikan-ikan kita tidak segar,” ungkapnya.
Jadi kalau mau makan ikan segar, lanjutnya, harus jaga terumbu karang. Jangan berpikir ikan selalu ada di laut. Tapi kalau terumbu karang itu tidak dijaga sumber daya alam di laut akan berkurang.
“Tapi sekarang permasalahan yang sangat urgen, kenapa urgen karena kalau tidak ditangani maka itu bisa bahaya terhadap kita punya nilai-nilai pariwisata bahari. Karena sampah yang ada di terumbu karang itu sangat mengganggu,” tuturnya.
“Supaya Maluku yang diklaim sebagai salah satu tempat terumbu karang di dunia yang bagus itu masih tetap terus terjaga. Jangan sampai kita hanya nama yang tersisa tapi karangnya sudah tidak ada,” lanjut Teria.
Baca juga: Aksi transplantasi terumbu karang warnai Coral Triangle Day di Maluku, kolaborasi selamatkan ekosistem laut
Senada dengan Teria, Ketua Beta Bank Sampah, Georgie Manuhuma mengatakan untuk terumbu karang sendiri, perlu adanya sistem monitoring terumbu karang yang ditransplantasi, karena menurutnya di Maluku sendiri kurangnya sistem monitoring atau pengecekan setiap terumbu karang yang ditanam.
“Sehingga kita harus tahu sejauh mana terumbu karang itu hidup atau ada yang mati. Konservasi terumbu karang saat ini sudah semakin berkembang dengan berbagai teknik konservasi untuk itu ada baiknya kita juga mencoba menggunakannya,” kata Manuhuwa.
Ia mengatakan, terumbu karang saat ini terancam kelestariannya adalah salah satu penyebab terbesarnya adalah jumlah sampah plastik di laut dan limbah yang dibuang dari aktivitas masyarakat.
“Banyak ditemukan sampah jenis saset/multilayer yang menutup terumbu karang, yang mana kita ketahui sampah saset atau multilayer ini butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk dapat terurai, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa terurai. Ini akan berpengaruh bagi kelestarian terumbu karang kita,” sebutnya.
Baca juga: Moluccas Coastal Care transplantasi terumbu karang di Banda, lestarikan ekosistem laut
Ocean Policy And Advocacy EcoNusa, Gadri Ramadhan Attamimi mengatakan, perlu adanya Literasi dari masyarakat pesisir terutama di desa-desa yang masih mempunyai ekosistem terumbu karang yang baik, karena tingkat literasi daripada masyarakat itu sangat rendah.
“Perlu adanya juga edukasi terhadap anak anak muda bahwa pentingnya ekosistem terumbu karang sehingga mereka bisa membuat inisiatif seperti bank karang atau transplantasi. Karena mereka masih menganggap bawah nilai ekologis daripada terumbu karang itu tidak ada sehingga sering terjadi aktivitas yang dapat merusak terumbu karang,” katanya.
Kata Gadri, hal yang merusak terumbu karang di Maluku sendiri karena terdapat banyak aktivitas pengambilan terumbu karang secara ilegal yang masih tinggi di Maluku untuk pembangunan rumah atau hiasan aquarium.
“Kemudian yang lainnya itu seperti pencemaran limbah dan penangkapan ikan secara ilegal dengan bom ikan itu masih banyak di maluku, itu sering terjadi pengebom ikan yang bisa merusak ekosistem terumbu karang. Bisa juga ada penggunaan pestisida yang membius untuk menangkap ikan itu berefek terhadap ekosistem terumbu karang,” sebutnya.
Ia menyebutkan, untuk kondisi terumbu karang saat ini pada riset yang dilakukan LIPI, dari data terakhir, terumbu karang saat ini sekitar 36,18 persen untuk kondisinya yang tidak baik.
“Sedangkan untuk kondisi sangat baik itu ada di angka 6,56 persen. Nah Sampai saat ini kawasan konservasi laut di perairan Indonesia juga mencapai 22,68 juta hektar di mana KKP itu memiliki wewenang ada 5,34 juta hektar yang ditambahkan kawasan konservasi perairan. Untuk KLHK itu ada 4,69 juta hektar dan pemerintah daerah itu ada 10,82 juta hektar. Itu adalah inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah untuk bagaimana mengatasi semakin masifnya terumbu karang kita yang rusak,” pungkas Gadri.
Baca juga: PT. TBP tanam terumbu karang buatan di Pulau Obi, gairahkan perekonomian
Untuk diketahui, pada 9 Juni, diperingati sebagai Segitiga Terumbu Karang. Coral Triangle Day atau Hari Segitiga Karang adalah perayaan untuk coral triangle atau segitiga karang, pusat keberagaman hayati laut dunia, yang meliputi laut 6 negara di wilayah Pasifik Asia yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.
Indonesia terletak di dalam wilayah segitiga terumbu karang, yang memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di bumi. Selama berabad abad, masyarakat pesisir di Indonesia telah memanfaatkan terumbu karang sebagai makanan dan mata pencaharian utama.
Namun, belakangan beberapa terakhir permintaan produk terumbu karang memicu tindakan eksploitasi, seperti praktik penangkapan ikan yang merusak serta penambangan karang, diluar itu polusi serta fenomena perubahan iklim secara global terus mengancam keberlangsungan terumbu karang di Indonesia. Padahal, terumbu karang sendiri memiliki peranan dan fungsi yang beragam salah satunya sebagai pondasi untuk kehidupan di laut.
Segitiga terumbu karang dunia atau Coral Triangle memiliki 30 persen dari seluruh jenis terumbu karang yang ada di dunia, 86 persen dari spesies penyu laut yang ada di dunia, 2.228 spesies ikan, dan lebih dari 500 spesies terumbu karang.
Segitiga terumbu karang dunia, memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia dan seringkali disebut sebagai “Pusat dari Keanekaragaman hayati dunia” oleh berbagai peneliti di seluruh dunia.
Segitiga terumbu karang adalah sebuah tempat perkembangbiakan berbagai spesies perairan di wilayah ini, di Indonesia saja ada 1650 spesies yang bergantung pada terumbu karang. Lokasi ini juga memiliki 75 persen dari seluruh spesies mangrove atau bakau di seluruh dunia, dan 45 persen spesies rumput laut.
Baca juga: Terumbu karang untuk laut dan ekonomi pesisir