Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia mengikuti Wall Street dibuka ke posisi merah pada Rabu, karena kekuatan yang mengejutkan dalam survei jasa global memicu kekhawatiran bahwa bank-bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih jauh dan mempertahankannya lebih lama.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,97 persen, setelah Wall Street membukukan kinerja terburuknya tahun ini pada Selasa (21/2/2023), dengan data kuat yang tak terduga dari indeks komposit manajer pembelian (PMI) S&P Global menunjukkan ekonomi AS belum mendingin.
"Aliran data ekonomi mengejutkan terus berlanjut semalam dan kali ini adalah kinerja sektor jasa yang lebih kuat dari yang diperkirakan secara seragam di seluruh ekonomi pasar negara maju utama," tulis analis National Australia Bank dalam catatan klien.
Baca juga: WGC ungkap bank-bank sentral beli emas paling banyak sejak 1967 tahun lalu
"Ini mengkhawatirkan pasar bahwa bank-bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih banyak untuk mengekang inflasi," kata Kerry Craig, ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management.
Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke level tertinggi lebih dari 14 tahun di 4,75 persen pada Rabu.
RBNZ memperkirakan akan terus memperketat lebih lanjut untuk memastikan inflasi kembali ke kisaran targetnya dalam jangka menengah.
Bank sentral Jepang (BoJ) mengatakan pada Rabu akan melakukan pembelian obligasi darurat, dalam upaya untuk menahan imbal hasil yang tinggi, ketika JGB 10-tahun menyentuh 0,505 persen untuk sesi kedua berturut-turut, menembus batas 0,5 persen BoJ dan mencapai level tertinggi sejak 18 Januari.
Baca juga: Bank sentral Honduras dan Guatemala incar mata uang digital, saatnya bitcoin?
Indeks saham Nikkei Jepang turun 1,25 persen pada awal perdagangan Rabu menyusul laporan PMI Selasa (21/2/2023) yang menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Indeks acuan saham-saham unggulan China SCI 300 dibuka merosot 0,68 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,27 persen.
Indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,25 persen pada awal perdagangan, jatuh untuk sesi kedua berturut-turut dan menyentuh level terendah dalam lebih dari sebulan karena ekspektasi kenaikan suku bunga.
Obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 3,966 persen, tertinggi sejak November, sebelum turun menjadi memberikan imbal hasil 3,9389 persen pada Rabu pagi.
Baca juga: Bank sentral Rusia sebut penurunan rubel dorong inflasi lebih tinggi
Indeks dolar turun 0,077 persen, tetapi para analis memperkirakan kenaikan suku bunga akan mengangkat dolar, melukai ekuitas pasar negara-negara berkembang, yang diuntungkan dari jatuhnya dolar.
Minyak mentah AS turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan pada 75,98 dolar AS per barel dan Brent diperdagangkan di 82,68 dolar AS per barel atau turun 0,45 persen. Sementara itu, emas di pasar spot bertambah 0,1 persen mencapai 1.836,18 dolar AS per ounce.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekuitas Asia jatuh, khawatir bank sentral terus naikkan suku bunga