Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 2,01 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup pada 80,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global awalnya anjlok ke level terendah 78,34 dolar AS, harga terendah sejak awal Januari.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terpangkas 1,88 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap pada 74,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI sebelumnya sempat merosot menjadi 72,30 dolar AS per barel, harga terendah sejak Desember.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia, penurunan stok AS imbangi khawatir bunga naik
Indeks saham-saham AS juga diperdagangkan secara berombak karena investor mempertimbangkan kemungkinan jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada Maret.
Penutupan mendadak SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank-bank lain akibat kenaikan suku bunga Fed yang tajam selama setahun terakhir, tetapi juga memicu spekulasi tentang apakah bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneternya.
"Agak mengejutkan hari ini melihat penurunan besar dalam minyak mengingat fakta bahwa Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif dan itu akan menyebabkan pelemahan dolar," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Baca juga: Minyak merosot, investor bersiap untuk kenaikan bunga AS lebih tajam
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun hampir satu persen karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek jatuh. Greenback yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan biasanya mendukung harga minyak.
Kekhawatiran tentang pengetatan moneter Fed lebih lanjut telah diperburuk oleh tingginya persediaan minyak mentah AS.
Produksi minyak mentah di tujuh cekungan serpih AS terbesar diperkirakan akan naik pada April ke level tertinggi sejak Desember 2019, kata Badan Informasi Energi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh dua persen karena kekhawatiran akan krisis keuangan baru