Ambon (ANTARA) - Duta Parenting Maluku Widya Pratiwi Murad mengemukakan kasus kurang gizi di Maluku tak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh pola asuh yang salah dari orang tua.
"Faktor ekonomi tidak selalu menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Pola asuh juga bisa menjadi penyebabnya," katanya melalui keterangan rilis yang diterima di Ambon, Kamis.
Hal itu diutarakannya saat menggelar pelayanan kesehatan di Puskesmas perawatan Geser Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).
Ia menyebutkan sembilan dari 26 anak di kabupaten tersebut mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
Menurutnya, pola asuh turut menentukan status gizi anak, hal itu terkait bagaimana orang tua melakukan pengawasan dalam tumbuh kembang anak mulai dari nol bulan, batita, balita hingga usia sekolah.
"Persoalan kekurangan gizi bukan hanya disebabkan ketidakmampuan orangtua menyediakan bahan pangan berkualitas, atau memastikan bahan pangan memenuhi standar gizi seimbang," ucapnya.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tim Pangan dan Gigi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jawa timur, Andriyanto SH Mkes, yang menunjukkan bahwa 48 persen penyebab anak kekurangan gizi adalah pola asuh yang salah.
Dijelaskannya, yang dimaksud kesalahan pola asuh meliputi pemahaman orang tua terhadap jenis-jenis kebutuhan gizi tepat untuk anak, jenis-jenis makanan yang diberikan, penanganan saat anak mengalami masalah makan dan gangguan kesehatan, kebersihan lingkungan, hingga kebiasaan hidup sehat dan makan makanan bergizi yang diajarkan pada anak.
Lebih lanjut dikatakannya, masih banyak orang tua yang belum paham gizi apa saja yang tepat untuk anak. Bahan makanan dan cara mengolah yang terkadang salah, hingga pemberian makanan yang tidak sesuai umur juga akan mempengaruhi penyerapan gizi pada anak hingga mereka mengalami kekurangan gizi.
Contohnya adalah pemberian ASI eksklusif yang masih diabaikan oleh sebagian ibu-ibu, makanan pendamping yang tidak sesuai umur dan tidak mengontrol perkembangan anak mereka. Hal ini kebanyakan terjadi pada orang tua pekerja yang tidak secara langsung merawat dan mengawasi perkembangan anak
Untuk itu pentingnya fungsi kontrol orang tua atas tumbuh kembang anak saat bermain bersama temannya.
Sebagai contoh, Fatur Aris Tamher, balita berusia lima tahun juga mengalami terlambat perkembangan.
Mengenai hal itu, Widya menyebut setiap orang tua pastinya punya rasa khawatir bila kemampuan si kecil terasa tertinggal dari anak-anak seusianya. Ada beragam keterlambatan perkembangan anak, termasuk bahasa, berpikir, sosial atau keterampilan motorik.