Hannover, Jerman (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Arilangga Hartarto bertemu dengan Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman Robert Habeck di Berlin, Jerman, setelah Pembukaan Paviliun Nasional Partner Country Indonesia di Hannover Messe 2023.
“Kami sangat senang bahwa Indonesia telah kembali ditunjuk sebagai Partner Country Hannover Messe untuk yang ketiga kalinya dan merupakan kehormatan bagi Jerman untuk menerima Presiden Joko Widodo dan delegasi Indonesia dalam kunjungan tersebut, termasuk hasil pembicaraan Presiden RI dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz,” kata Menteri Habeck di Hannover, Senin waktu Hannover.
Airlangga dan rombongan berkunjung ke Kantor Kementerian Urusan Ekonomi dan Iklim Federal Jerman di Berlin dan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Habeck.
Selain promosi industri unggulan Indonesia dalam menerapkan industri 4.0, telah disepakati sejumlah kesepakatan bisnis dan antarpemerintah dan dunia bisnis di berbagai sektor, di antaranya energi terbarukan pada acara Indonesia-Germany Business Summit dengan estimasi kerja sama senilai 2 miliar dolar AS dan diharapkan akan menyerap sebanyak 80.000 pekerja.
Hal itu menunjukkan hubungan dan kerja sama ekonomi yang sangat erat dan saling menguntungkan antara Indonesia-Jerman.
Baca juga: Menko Airlangga sebut Jerman ingin fasilitasi agar RI-EU CEPA capai kesepakatan
Diketahui, pada Selasa (11/4), Menko Airlangga dan Menteri Habeck secara virtual menandatangani kesepakatan pembentukan platform kerja sama ekonomi dan investasi atau Joint Declaration of Intent on Indonesia – Germany Joint Economic and Investment Committee (JEIC) yang nantinya tidak hanya melibatkan kalangan pemerintah, namun dirancang melibatkan swasta dengan tujuan meningkatkan kerjasama sektor ekonomi dan investasi.
Joint Committee tersebut mencakup sektor yang cukup luas, yakni perdagangan, industri, investasi, lingkungan hidup dan sumber daya alam, energi, maritim, pariwisata, kesehatan, pendidikan vokasi dan pelatihan tenaga kerja, penelitian dan inovasi, ekosistem bisnis rintisan/start up, dan pengembangan UMKM.
Kedua menteri membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian bersama termasuk upaya mempercepat penyelesaian Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), upaya hilirisasi industri di Indonesia, isu lingkungan dan ekonomi hijau serta transisi energi.
“Indonesia memiliki komitmen kuat di bidang lingkungan, termasuk isu berkelanjutan dan dan deforestasi. Namun demikian upaya penguatan tersebut jangan sampai merugikan livelihoods/penghidupan dari para petani kecil dan kalangan UMKM,” ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan upaya Komisi Eropa yang telah meluncurkan legislasi Deforestation Free Product beberapa waktu yang lalu dinilai akan mempersulit akses pasar sejumlah komoditas Indonesia seperti minyak sawit, kakao, kopi dan kayu ke Uni Eropa.
Ditegaskan bahwa produk komoditas tersebut telah diolah sesuai standar berkelanjutan yang telah diterapkan secara global.
Untuk itu Indonesia berharap Jerman dapat membantu mendorong kerja sama konkret dalam pengakuan standar berkelanjutan yang telah diterapkan oleh Indonesia di sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan.
Seiring dengan hal tersebut, Indonesia juga sepakat bersama-sama negara-negara G7/G20 untuk mereduksi emisi gas buang dengan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan guna mengurangi penggunaan fossil fuel, melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP) yang diluncurkan di sela-sela KTT G20 di dalam kerangka Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) antara Presiden Joko Widodo, Presiden Joe Biden dan Presiden Ursula von Der Leyen di Bali tahun lalu.
Baca juga: Menko Airlangga sebut sumbangan sektor kehutanan ke PDB bisa ditingkatkan
Dengan platform kerja sama yang baru disepakati, kedua Menteri sepakat untuk mendorong percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang akan memasuki putaran ke-14 di Brussel bulan Mei.
Kedua negara juga sepakat menerapkan sikap fleksibilitas dan pragmatisme dalam perundingan untuk mencari solusi, terutama isu keberlanjutan.
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia telah menerapkan digitalisasi tata niaga/keseimbangan komoditas pokok untuk menjaga inflasi kebutuhan pokok dasar masyarakat dan bukan bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan importasi bahan pokok.
Sebagai tindak lanjut, kedua Menteri sepakat membentuk kelompok kerja di bawah platform JEIC, salah satunya bidang energi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga serta menugaskan pejabat senior kedua negara untuk membahas dan segera mengimplementasikan kesepakatan tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga mengusulkan peningkatan kerja sama pengembangan kapasitas produksi industri semikonduktor dimana perusahaan Jerman telah beroperasi sejak 1995 di Indonesia mengingat produk semikonduktor saat ini sangat penting.