Ambon (ANTARA) - Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) Kota Ambon mengajak seluruh elemen pemuda mengampanyekan pelestarian lingkungan dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda Tahun 2023 di Kota Ambon, Maluku.
"AMJI tahun ini merupakan tahun ketiga setelah sebelumnya digelar pada 2021 dan 2022," ujar Koordinator Penjaga Laut Ambon, Khadija Makatita di Ambon, Sabtu.
Khadija mengatakan Aksi Muda Jaga Iklim lahir dari keresahan mengetahui bahwa bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Oleh sebab itu Aksi Muda Jaga Iklim merupakan wujud aksi nyata muda-mudi Bangsa Indonesia dalam menanggulangi dampak krisis iklim serta bentuk komitmen pemuda dalam mendukung pemerintah untuk menurunkan laju perubahan iklim dan menargetkan Net Zero Emission di tahun 2050.
"Upaya itu dilakukan dengan menjaga keseimbangan emisi sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, atau yang dikenal dengan FOLU Net Sink," katanya.
Khadija mengungkapkan Aksi Muda Jaga Iklim telah dilakukan pada 421 titik di seluruh Indonesia sejak 2021 dan telah melibatkan 29.632 anak muda untuk terlibat bersama melakukan aksi tersebut.
"Hingga saat ini sudah ada 87 kolabolator, dan 46.427 bibit pohon dan mangrove yang kami tanam, 37.239 kantong sampah yang dikumpulkan, kemudian 1.426 koral yang ditransplantasi, dan ada 200 ekor tukik yang telah kami lepaskan," ungkapnya.
Pada kesempatan itu aksi muda jaga iklim melakukan kampanye dengan jalan santai mengitari pusat Kota Ambon sembari membawa poster berisi beragam pesan tentang isu-isu alam.
Ia melanjutkan, Aksi Muda Jaga Iklim yang telah dilakukan ini juga mengajak para kolabolator yang dicanangkan sejak Januari 2023 hingga puncaknya pada 28 Oktober 2023.
Lebih lanjut kata Khadija seperti diprediksi Indonesia akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Pada tahun 2045 juga, sebanyak 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15-64 tahun).
Alih-alih menjadi bonus demografi, hal ini justru berpotensi menjadi bencana demografi tanpa pemberdayaan sumber daya manusia serta alam yang baik.
Tahun 2050 disebut-sebut sebagai tahun darurat iklim. Kelompok usia produktif mendominasi, sementara krisis iklim pun merajalela.
"Oleh karena itu kami meminjam semangat sumpah pemuda untuk mengajak teman-teman mengambil peran dalam menjaga bumi kita dari krisis iklim sejak dini," tuturnya.