Ambon (Antara Maluku) - Provinsi Maluku tuan rumah seminar rempah-rempah Internasional yang digelar di Hotel Aston Natsepa, Ambon, 19-21 Agustus 2013, diikuti sejumlah negara termasuk Singapura, Malaysia dan Filipina.
"Seminar rempah-rempah bertujuan untuk menggali kembali potensi rempah di Indonesia khususnya di Maluku yang terkenal daerah penghasil pala dan cengkih sejak zaman penjajahan Belanda," kata Kepala Bappeda Maluku Anton Sihaloho di Ambon, Jumat.
Menurut dia, pejabat negara yang dijadwalkan hadir dalam seminar itu antara lain Menkokesra Agung Laksono, Menteri Pertanian Siswono dan pejabat Kementerian Pertanian lainnya.
Anton mengungkapkan, mutu pala dan cengkih asal Maluku sangat bagus karena bisa bersaing di pasar internasional khususnya pasar Uni Eropa.
"Kalau kita ingin meluaskan pasar ke Uni Eropa, produk rempah Maluku khususnya biji pala harus memenuhi uji standar mutu, hal ini untuk menjamin keselamatan dan kesehatan konsumen," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Diana Padang mengakui bahwa hingga kini masih sulit menentukan standar mutu biji pala karena belum memiliki alat pendeteksi.
"Kita belum memiliki mesin pendeteksi jamur yang tumbuh pada pala sehingga sulit menentukan standar mutu," kata Diana.
Menurut Diana, pala Maluku memiliki kandungan aflatoksin yang merupakan racun berasal dari jamur yang tumbuh pada biji pala, sehingga menjadi ganjalan ketika memasuki pasar Uni Eropa.
"Kandungan aflatoksin pala kita lebih tinggi dari rekomendasi Uni Eropa sebesar 5 Ug per kilogram dan aflatoksin total 10 mikrogram per kilogram," katanya.
Ia menjelaskan penyebab aflatoksin kurangnya higenitas serta proses pengeringan dan kondisi penyimpanan yang kurang sempurna.
"Aflatoksin merupakan penyebab kanker," kata Diana.
Menurut dia potensi aflatoksin dapat berkembang mulai dari perlakuan saat panen sampai pada pelaksanaan ekspor.
"Ekspor pala Maluku selama ini masih melalui pelabuhan ekspor Surabaya dengan tujuan negara - negara di Eropa terutama Belanda.
Untuk meminimalisir adanya kandungan aflatoksin pada biji pala Dinas Pertanian setempat sudah melakukan pembinaan dan pelatihan kepada para petani agar memiliki pengetahuan cara penjemuran, pengeringan, penyimpanan yang baik sampai diantarpulaukan ke Jawa.
"Sosialisasi juga sudah dilakukan kepada para petani maupun pengumpul agar memilih biji pala sesuai dengan kriteria yang ditentukan sehingga mengurangi resiko aflatoksin," kata Diana
Selain seminar, peserta juga meninjau langsung ke kebun pala dan pabrik pengolahannya di Desa Lehari, Kecamatan Leitimur selatan, Kota Ambon.