Ternate (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara (Malut) mendorong kerja sama antardaerah di Malut, terutama pulau Halmahera yang merupakan penghasil beras di Malut telah mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malut, Dwi Putra Indrawan dihubungi di Ternate, Senin, mengatakan, defisit beras terus terjadi akibat konsumsi yang jauh lebih besar dibandingkan produksi.
"Sejak tahun 2019 hingga 2023, Maluku Utara mengalami defisit beras. Pada tahun 2023, produksi hanya mencapai 15.000 ton, sedangkan konsumsi mencapai 105.000 ton. Artinya, terjadi defisit sebanyak 90.000 ton," ujar Dwi Putra.
Dwi Putra menjelaskan bahwa berdasarkan kajian neraca pangan BI Malut, sebagian besar pasokan beras di Maluku Utara berasal dari Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Distribusi beras ke wilayah Malut sebagian besar dilakukan melalui program tol laut.
Untuk mengatasi defisit ini, BI Malut mendorong upaya Kerja sama Antar Daerah (KAD) dengan daerah penghasil beras. Menurutnya, langkah ini penting untuk memastikan ketersediaan beras bagi masyarakat Malut.
"Kita perlu mendukung KAD dengan menyusun neraca perdagangan Maluku Utara, memberikan subsidi ongkos angkut bahan pokok, dan menetapkan hub sentralisasi pengiriman logistik," tambahnya.
Selain itu, Dwi Putra menyoroti beras menjadi penyumbang utama inflasi di Malut sepanjang tahun 2024, akibat ketergantungan pasokan dari daerah lain sehingga harga beras tidak stabil.
"Sejak Januari hingga Desember 2024, beras selalu menjadi faktor utama penyebab inflasi di Maluku Utara," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan langkah-langkah strategis yang diusulkan, diharapkan permasalahan defisit beras di Malut dapat diatasi dan inflasi bisa lebih terkendali.
Sementara itu, masyarakat di tiga kabupaten Malut menggelar panen raya padi dengan produksi 27.408 ton gabah kering giling (GKG) melalui program pemerintah bernama Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) dalam mendorong program pertumbuhan ekonomi desa.
Koordinator TEKAD Kabupaten Halmahera Selatan, Bahri Saleh dihubungi sebelumnya menyatakan, untuk panen padi di Malut pada Januari-Desember 2024 di lahan sekitar 8.418 hektare, mengalami kenaikan 1.261 hektare atau l7,62 persen dibandingkan tahun 2023 lalu sebesar 7.157 hektare.
Untuk Provinsi Malut difokuskan di Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Barat dan Halmahera Tengah pada empat kecamatan dan 20 desa.
Seperti didata dari Badan Pusat Statistik (BPS) Malut memperkirakan produksi padi Januari- Desember 2024 mencapai 27.408 ton GKG naik 2.358 ton GKG atau 9,41 persen dibanding produksi padi tahun 2023 sebesar 25.050 ton GKG.