Ambon, 23/10 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff menyatakan realisme historis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bisa berdiri tegak sebagai negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat, tidak lepas dari kekuatan perjuangan seluruh rakyat mengusir penjajah.
"Perjuangan untuk membela negara dan mempertahankan kemerdekaan, tidak hanya dilakukan oleh militer dengan kekuatan senjata, tetapi oleh setiap warga negara dengan kesadarannya, melalui upaya-upaya non-militer, seperti politik maupun diplomasi," kata Gubernur dalam sambutan tertulis dibacakan Wagub setempat, Zeth Sahuburua, pada Pembukaan Penyelenggaraan Pembentukan Kader Pembina Bela Negara di Maluku Tahun 2015,di Ambon, Kamis.
Menurut dia, semangat patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia sedang diuji oleh arus besar neo-liberalisme dan neo-kapitalisme telah melunturkan identitas dan jati diri kita sebagai bangsa ini.
"Penghormatan terhadap simbol-simbol Negara, seperti Bendera Merah Putih, Pancasila, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan simbol-simbol negara lainnya, semakin terkikis," katanya
Lebih lanjut, Gubernur Said mengatakan, lunturnya kebanggaan terhadap identitas dan jari diri bangsa, juga berimplikasi kepada terdistorsinya pola hidup yang sosialis-religius, masyarakat yang egaliter, dan hormat kepada nilai-nilai kearifan lokal, menjadi masyarakat liberal, sekuler, individualis, dan kapitalistik.
"Bersamaan dengan itu, kita juga dihadapkan pada semakin menguatnya semangat `etno-nasionalisme` yang selalu menempatkan kita dalam posisi konfliktual, dan juga menguatnya semangat `etno-religius` yang berujung pada gerakan radikalisme bahkan anarkisme," ujarnya.
Degradasi nilai-nilai etika dan moral di kalangan generasi muda, kata Gubernur Said, berdampak pada perubahan sikap dan perilaku yang cenderung mempertontonkan aksi kekerasan, perkelahian, tawuran, begal, penyalahgunaan narkoba, rendahnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
"Semua fenomena ini adalah masalah pelik yang sedang dihadapi bangsa kita, yang juga menjadi tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan bangsa. Karena itu, gagasan untuk membumikan konsep Bela Negara, patut diapresiasi, sebagai tindakan korektif sekaligus menjadi titik sentral dalam rangka mendorong dan menguatkan gerakan revolusi mental," katanya.
Program Bela Negara tidak mesti dipandang sempit dari sudut kemiliteran saja. Bela Negara sesungguhnya memiliki spektrum yang sangat luas di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Bela negara bisa dilakukan dan diwujudkan oleh setiap warga negara dalam kehidupan sehari-hari, sesuai peran dan masing - masing profesinya.
"Upaya kita untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, demi mewujudkan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional(LIN) dan Poros Maritim Indonesia, adalah tindakan Bela Negara," ujarnya.
Selanjutnya, upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan demi membangun kemandirian ekonomi daerah, adalah tindakan Bela Negara.
Pengabdian yang tulus, ikhlas dan tanpa pamrih bagi kesejahteraan masyarakat Maluku, khususnya yang berada di pulau-pulau terdepan, terluar dan tertinggal, juga adalah tindakan Bela Negara.
Begitu juga kerja keras kita melawan kemiskinan, keterbelakangan dan ketertinggalan, agar kemakmuran dan kesejahteraan menjadi milik bersama seluruh masyarakat Maluku, adalah tindakan Bela Negara.
"Kegigihan kita untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan narkoba, yang telah merusak pondasi kekuatan kita sebagai bangsa, dan menjauhkan rakyat dari kesejahteraan, juga merupakan tindakan Bela Negara," kata Gubernur Said.
Karena itu, komitmen untuk menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia dan dunia, juga merupakan wujud pembelaan kita pada negara.
Yang paling penting saat ini adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh komponen bangsa, mulai dari pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat.
Pemahaman terhadap empat pilar kehidupan bernegara, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, menjadi sebuah konsensus dasar dalam mewujudkan cita-cita yang luhur dan mulia.
"Pemahaman ini diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat persatuan dan kesatuan, rasa cinta tanah air dan bangsa, rela berkorban, disiplin dan beretos kerja tinggi, dan nilai-nilai kebangsaan lainnya, yang pada gilirannya akan tercermin dalam watak, karakter dan kesadaran kolektif masyarakat Indonesia," ujarnya.
Karena itu, sebagai warga negara yang baik, sudah sepantasnya turut terlibat dalam kegiatan Bela Negara.
"Saya percaya, melalui kegiatan ini, akan tumbuh komitmen dan semangat bela negara yang tangguh, serta keinsyafan bersama untuk membangun kekuatan rakyat semesta, agar kita sanggup menghadapi segala ancaman dan tantangan, serta mampu mempertahankan kelangsungan hidup kita, sebagai bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, serta berkepribadian di bidang kebudayaan," kata Gubernur Said.
Indonesia Merdeka Perjuangan Seluruh Rakyat Mengusir Penjajah
Jumat, 23 Oktober 2015 7:01 WIB