Ambon, 28/1 (Antara Maluku) - Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Rabu, menseminarkan rencana mengusulkan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Lafran Pane dan tokoh pelopor kemerdekaan, Abdul Muthalib Sangadji atau lebih dikenal dengan A.M. Sangadji sebagai pahlawan nasional.
Seminar nasional yang mengusung tema "Lafran Pane dan A.M. Sangadji Sebagai Pahlawan Nasional" oleh kelurga besar HMI itu, menghadirkan mantan ketua DPR Akbar, Tanjung dan Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC), Abidin Wakano.
Selain itu, Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Ismail Rumadan, dan penulis biografi A.M. Sangadji, Sam Habib Mony sebagai narasumber.
Gubernur Maluku Said Assagaff mengapresiasi A.M. Sangadji sebagai salah seorang pelopor kemerdekaan yang berjuang bersama dengan H.O.S Cokroaminoto dan H. Agus Salim, pantas diakui pemerintah sebagai gelar pahlawan nasional.
Tokoh dikenal dengan sebutan "Jago Tua" yang piawai berpidato itu, lanjutnya, merupakan salah satu kebanggaan Maluku, yang dengan kedalaman ilmu agama dan kebangsaannya telah berkiprah dalam berbagai upaya mencapai kemerdekaan, salah satunya adalah menjadi anggota kehormatan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
"Perjuangannya tidak hanya di sini, tapi juga di Borneo hingga Jakarta. Beliau memiliki ilmu agama dan jiwa nasionalis yang kuat. Apa yang telah diwariskan oleh A.M. Sangadji harus menjadi contoh bagi kita semua," tandas Gubernur.
Senada dengan Gubernur Said, Akbar Tanjung mengatakan berdasarkan latar belakang sejarah perjuangannya, A.M. Sangadji memang pantas diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional.
"Kiranya pemerintah di sini juga mengupayakan agar A.M. Sangadji juga menjadi pahlawan nasional. Kita bersama - sama memperjuangkan A.M. Sangadji dan Lafran Pane di tingkat nasional," katanya.
Dikatakannya, Lafran Pane adalah sosok sederhana dengan sepak terjang perjuangan yang pantas diperhitungkan sebagai pahlawan nasional.
Semasa hidupnya, kata Akbar mengisahkan, Lafran Pane yang berasal dari keluarga berlatar belakang pesantren, sebelum akhirnya mendirikan HMI di Yogyakarta, pada awalnya mendukung kemerdekaan melalui gerakan-gerakan pemuda dan memimpin berbagai demonstrasi dan pemberontakan.
Lafran Pane juga tercatat pernah bergabung dengan organisasi Zwarte Bende. Aktivitasnya semasa di "geng" pemuda tanggung yang cukup disegani di Batavia tersebut, menyebabkannya kerap kali harus berurusan dengan meja hijau.
"Dari apa yang telah Lafran Pane lakukan semasa hidupnya, pantas mengusulkan agar ia diberi gelar pahlawan nasional. Kami intensif menggelar seminar. Ambon menjadi menjadi tempat ke-20 yang didatangi, berikutnya adalah Ternate dan Manado," katanya.
Akbar yang juga mantan Ketua PB HMI mengatakan, setelah dari Manado nanti mereka akan melakukan ziarah ke makam Lafran Pane di Yogyakarta, selanjutnya mengajukan surat usulan agar tokoh bangsa tersebut mendapatkan gelar pahlawan nasional.
"Kami setelah berziarah ke makam Lafran Pane, selanjutnya membuat surat pengusulan gelar pahlawan nasional baginya di tiga daerah, yakni Yogyakarta yang menjadi tempat akhirnya, Sumatera Utara tempat asalnya, dan Bengkulu yang menjadi daerah asal ibunya," katanya.