Ambon, 9/12 (Antara Maluku) - Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan (Himika) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon mendata jenis sampah di pesisir pantai Teluk Ambon bagian dalam, Sabtu.
Pendataan tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampel berbagai jenis sampah dalam "Gerakan Aksi Bersih Pantai di Teluk Ambon Berbasis Ilmiah" oleh 150 anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan.
Didukung oleh Pusat Kemaritiman dan Kelautan Unpatti, pengumpulan sampel data sampah dipusatkan di 15 lokasi di pesisir pantai yang berhubungan langsung dengan pemukiman penduduk.
Di tiap lokasi pengambilan sampel, para mahasiswa mengumpulkan berbagai sampah limbah rumah tangga, baik yang berada di permukaan maupun yang sudah tertanam dalam pasir pada jarak 100 meter dari garis pantai.
Mereka juga mengumpulkan sampah yang berada sekitar lima meter dari bibir pantai saat air laut surut, guna mendapatkan lebih banyak data limbah.
Sedikitnya ada 381 kilogram sampah yang berhasil dikumpulkan di pesisir pantai Teluk Ambon bagian dalam, jenisnya pun beragam, mulai dari kemasan makanan ringan, mie instan, air mineral, sabun mandi, sabun cuci, sampho, karung plastik, hingga popok bayi pun ada.
Sampah-sampah tersebut kemudian dipisahkan ke dalam 60 kotak data di Pusat Kemaritiman dan Kelautan Unpatti untuk dianalisis lebih lanjut.
Direktur Pusat Kemaritiman dan Kelautan Unpatti Gino V. Limmon mengatakan sampah yang tidak dikelola dengan baik bisa memberikan dampak buruk, tidak hanya bagi pemandangan, tapi juga kesehatan manusia dan kelangsungan ekosistem.
Gerakan bersih sampah bukanlah satu-satunya solusi yang tepat dalam mengurangi jumlah produksi sampah, terutama plastik yang membutuhkan waktu lama untuk bisa direduksi oleh alam.
Karena menurut dia, sudah sering gerakan dan kampanye bersih sampah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dan pemuda, tapi tetap saja jumlahnya tidak berkurang.
Melalui pendataan sampah di Teluk Ambon bagian dalam, kata Gino, jika dianalissis tidak hanya jenis sampah apa saja yang sering dihasilkan oleh warga Ambon yang bisa diketahui, tapi juga sumbernya.
"Memang yang paling utama adalah mengubah pola pikir masyarakat, tapi juga harus didukung dengan yang lainnya, misalnya pengalihan penggunaan plastik dan sebagainya. Jika kita tahu sampah seperti apa saja yang dihasilkan dan sumbernya, maka kita bisa mengajukan kepada pemerintah apa saja yang harus didahulukan untuk penanganannya," ucapnya.
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti Juliana W Tuahatu mengatakan gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswanya akan dilanjutkan dengan pengumpulan data sampah yang terapung dan yang tenggelam di perairan Teluk Ambon.
Hal ini, terkait dengan analisa tingkat pencemaran yang terjadi di perairan Teluk Ambon, terutama yang dapat berdampak pada kelangsungan hidup biota laut.
"Gerakan ini baru pertama kali dilakukan oleh HIMIKA, ke depannya setelah bagian dalam selesai, kita juga akan melakukan di Teluk Ambon bagian luar untuk mengetahui sejauhmana pencemaran terjadi," katanya.