Ambon, 13/2 (Antaranews Maluku) - Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), Prof. Dr. Ridwan Amiruddin mengakui kasus rabies di Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku mengalami peningkatan cukup signifikan.
"Tahun 2016 hanya ditemukan delapan kasus tetapi setahun berikutnya justru naik menjadi lebih dari 17 kasus rabies dan banyak korbannya," kata Ridwan Amiruddin kepada Antara di Ambon, Selasa.
Penjelasan tersebut disampaikan Ridwan Amiruddin pada kegiatan pelatihan jabatan fungsional untuk tenaga kesehatan yang akan diangkat dalam jabatan rumpun ilmu kesehatan.
Pelatihan angkatan ke dua yang berlangsung di Balai Pelatihan dan Penelitian Kesehatan Masyarakat (Bappelkes) Maluku selama sepuluh hari ini diikuti 32 peserta.
Tujuannya mempersiapkan tenaga kesehatan untuk menduduki posisi tenaga fungsional di bidang ilmu kesehatan, misalnya tenaga ahli bidang sanitarian, nutrisi, promosi, epidemiologi, serta ahli administrasi kesehatan.
Kegiatan ini berlangsung di dalam kelas dan ada praktikum di lapangan, agar peserta mampu menerapkan ilmu yang didapatkan baik secara teori maupun aplikasi sampai pada kemampuan mereka untuk menghitung kredit point guna penjenjangan kepangkatan.
"Sebab setiap ASN yang mau naik pangkat itu harus ada kredit point dan semua diajarkan di sini, sehingga mereka diajarkan setiap aktivitas dihitung kredit pointnya berapa," jelasnya.
Materinya antara lain penyelidikan Kejadian Luar Biasa seperti di Asmat (Papua) terjadi KLB gizi buruk dan difetri sehingga peserta diajarkan dan mereka memiliki kepekaan untuk melakukan penyelidikan kasus.
Kemudian peserta dilatih bagaimana menyampaikan pesan-pesan kesehatan secara efektif sehingga bisa menyelesaikan masalah di lapangan.
"Sebagai ahli kesehatan masyarakat, kami juga mengharapkan ada program yang intensif dari pemerintah daerah untuk penyediaan vaksin, karena sekarang dalam posisi habis dan harganya juga mahal untuk pengobatan satu pasien," kata Ridwan yang juga pakar epidemiologist ini.
Makanya pemerintah daerah harus turun tangan karena masyarakat tidak bisa membeli, kemudian perlu ada regulasi yang mengatur kepemilikan ternak anjing supaya divaksin secara reguler.
Mengingat regulasinya belum ada maka pemerintah harus mengambil peran untuk mengatur regulasi vaksin di wilayah Provinsi Maluku karena ternak ini sangat banyak dipelihara masyarakat.
Pemerintah juga perlu membangun Rabies Center berfungsi mengedukasi dan mendidik masyarakat supaya bagaimana menagani rabies kalau terjadi di wilayah, menangani hewan, serta pasiennya.
"Kalau terjadi wabah seperti ini maka Rabies Center segera bertindak, dan itu belum ada seperti di Pare-Pare yang menjadi pilot project percontohan dan pemerintah daerah bisa ke sana untuk belajar," jelas Ridwan Amiruddin.
Beberapa kasus KLB lain yang dibahas adalah masalah keracunan makanan, jadi Persakmi melatih mereka memiliki kemampuan investigasi atau penyelidikan kejadian luar biasa keracunan makanan.
Selanjutnya KLB diare di Maluku cukup tinggi karena kebiasan masyarakat membuang air di sungai, pantai, kebun, padahal ada jamban tetapi tidak dimanfaatkan, sehingga perlu diatur oleh pemerintah bagaimana setiap rumah tangga yang memiliki jamban harus memanfaatkannya.
Dia mengimbau warga agar jangan menggunakan badan air sebagai tempat membuang hajat setiap hari, karena diare akan terus terjadi dan berdampak pada tingginya angka kematian bayi dan produktivitas penduduk menurun.
Selain itu KLB Malaria juga merupakan wabah karena Maluku merupakan daerah endemik dan mestinya dipersiapkan lebih matang mulai dari regulasi, pengendalian lingkungan, penggunaan kelambu berinsektisida sehingga proteksinya harus berjalan dengan baik.
"Kami selalu mengatakan tidak bisa mengendalikan malaria jika tidak mengetahui perilaku nyamuknya, seperti menggigit di sore hari, dimana tempatnya berkembang biak, itu yang harus dibersihkan," ujarnya.
Dinkes tentunya tidak bisa menyelesaikan sendiri tetapi perlu kerjasama kementerian terkait seperti PU PR bikin perumahan dan membuat jalan harus ada drainase.
Pemateri nasional yang hadir dalam pelatihan tersebut adalah ketua umum, Prof. Ridwan Aminuddin, Prof Sukri yang menyampaikan makalah soal karya tulis sehingga diharapkan para peserta memiliki kemampuan penulisan ilmiah.
Karena penulisan ilmiah itu masuk bagian dari hitungan angka kredit, dimana setiap petugas kesehatan harus mampu menulis atau menyampaikan pesan kesehatan ke media.
Sedangkan Andy Mansyur membawakan materi tentang perhitungan angka kredit yang penting karena banyak sekali tenaga kesehatan tidak berlanjut pengembangan karirnya sebab tidak mengetahui pont-point perhitungan angka kredit.
"Jadi sebenarnya fungsi utama adalah memberikan wawasan seluruh peserta sehingga memiliki kemampuan menghitung aktivitasnya yang bernilai kredit sehingga karirnya semakin membaik.
Widyaiswara dari Bappelkes pusat, FKM Unhas (guru besr) dan DR. Syariel Sileh selaku Ketua Persakmi Maluku dari Maluku Husada Stikes yang merupakan pakar penyalit malaria. ***4***
(T.D008/B/T007/T007) 13-02-2018 17:48:09