Pejabat Bupati Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Franky Renyaan mengakui perubahan cuaca yang terjadi setiap tahun mengakibatkan masyarakat di kabupaten itu sering mengalami gagal panen."Setiap tahun Kabupaten MBD mengalami musim kemarau selama delapan bulan, akibatnya warga selalu mengalami gagal panen karena tanamannya banyak yang mati," kata Renyaan, di Ambon, Rabu.Menurut Renyaan, kondisi gagal panen sudah berlangsung bertahun-tahun di wilayah itu, tetapi masyarakat tidak mengalami kelaparan seperti yang terjadi di daerah lainnya."Warga di MBD umumnya bercocok tanam seperti jagung, kacang dan ubi-ubian. Biasanya beberapa bulan sebelum musim kemarau warga sudah menyimpan hasil panennya hasil panen untuk di konsumsi sehingga tidak ada yang terancam kelaparan," katanya.Dia mengatakan, iklim di MBD sangat berbeda dengan daerah lain di Maluku karena berada pada dua siklus yakni musim barat yang berlangsung Desember hingga April dan musim timur pada paruh Mei hingga September."Kondisi seperti membuat aktivitas perhubungan menjadi sulit karena gelombang sangat tinggi," katanya.Perubahan cuaca ekstrim tersebut turut mempengaruhi roda perekonomian di MBD menjadi tidak stabil akibatnya harga kebutuhan pokok menjadi naik."Hampir semua kebutuhan pokok menjadi naik saat musim gelombang karena tidak ada suplai barang dari para pedagang yang rata-rata memasok barang dagangan dari Surabaya, Kupang maupun Makasar," ujarnya.Guna mengatasi persoalan tersebut, kebijakan yang diambil Pemkab MBD yakni berkoordinasi dengan pengusaha maupun distributor di kabupaten setempat untuk memasok barang sebelum memasuki musim gelombang."Jadi saat musum gelombang stok barang kebutuhan sudah tersedia dalam jumlah banyak dan kebutuhan masyarakat terjamin serta dapat menekan kenaikkan harga di pasaran," ujarnya.
Perubahan Cuaca Akibatkan Gagal Panen di MBD
Rabu, 22 September 2010 23:40 WIB