Ambon (ANTARA) - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) kota Ambon menilai kasus penganiayaan Audrey, siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat sebagai kejahatan serius yang harus diselesaikan melalui proses hukum.
"Ini kejahatan serius karena apa yang telah terjadi bisa memberikan dampak serius terhadap korban, makanya harus diselesaikan melalui proses hukum, bukan jalan damai," kata Ketua P2TP2A kota Ambon, Ina Soselisa di Ambon, Rabu.
Audrey adalah siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat. Ia menjadi korban penganiayaan dalam bentuk pengeroyokan oleh sekelompok siswi SMA. Dalam peristiwa itu, selain mengalami kekerasan fisik, ia juga diberitakan mendapatkan kekerasan seksual.
Kasus Audrey menjadi viral dan memunculkan tagar #JusticeForAudrey setelah seorang warganet memuat kasus tersebut di media sosial. Seorang warganet lainnya kemudian membuat petisi daring agar Audrey mendapatkan keadilan hukum.
Menurut Ina, kendati korban dan pelaku masih sama-sama berusia anak, kasus Audrey tetap bisa diselesaikan secara hukum karena ada undang-undang yang mengaturnya, yakni UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Penyelesaian kasus Audrey secara hukum juga bagian dari pemenuhan hak-hak korban.
"Saya kira ini harus dilihat secara serius karena korban dan pelaku masih berstatus anak. Saya dengar korban setelah dianiaya juga mendapatkan ancaman dari para pelaku. Menyelesaikannya secara hukum adalah salah satu cara untuk pemenuhan hak korban," katanya
Dia mengatakan selain penyelesaian secara hukum, Audrey juga harus mendapatkan bantuan pemulihan kesehatan dan psikososial. Dalam hal ini pendampingan dari layanan perlindungan perempuan dan anak sebagai hal yang dibutuhkan.
Untuk para pelaku kekerasan, kata Ina, selain harus dihukum, juga harus mendapatkan pendampingan dan pembinaan mental serta karakter agar ke depannya tidak lagi mengulangi apa yang telah dilakukan.
"Para pelaku terlihat tidak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan. Selain dipenjara, mereka juga harus mendapatkan pembinaan, bisa melalui cara rohani atau semacamnya agar ada perubahan mental dan karakter," ujarnya.