Ambon (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, menjalin kerja sama pengelolaan sistem pertanian dan pelaksanaan kegiatan merdeka belajar dan kampus merdeka.
Jalinan kerja sama pengelolaan sistem pertanian dan pelaksanaan kegiatan merdeka belajar dan kampus merdeka dilakukan dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding - MoU) antara Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry dan Rektor Unpatti Prof Marthinus Johanes Saptenno secara virtual dari Jakarta dan Ambon, Selasa..
Proses penandatanganan MoU dilaksanakan di sela-sela seminar daring The 3rd International Conference on Agricultural Postharvest Handling and Processing (ICAPHP) bertema "Agricultural Handling and Processing Innovation: Strengthening Global Food Security" oleh Balitbangtan Kementan.
Sedikitnya ada 13 pasal yang disepakati oleh Balitbangtan Kementan dan Unpatti dalam MoU, di antaranya adalah kerja sama melakukan penelitian di bidang pertanian yang melibatkan mahasiswa dan dosen Fakultas Pertanian Unpatti, serta unit kerja di bawah Balitbangtan, yakni Pusat Penelitian (Puslit) Tanaman Pangan, Puslit Hortikultura, Puslit Peternakan, Puslit Perkebunan, Puslit Pascapanen Pertanian, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian dan Balai Besar Biogen.
Rektor Unpatti Prof Marthinus Johanes Saptenno mengatakan isi dari MoU dengan Balitbangtan akan diteruskan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Fakultas Pertanian dengan delapan unit kerja di bawah Balitbangtan, karena dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian yang akan terlibat langsung dalam implementasi kerja sama tersebut.
Ia berharap tindakan nyata dari penandatanganan nota kesepahaman tidak hanya mendukung peningkatan kompetensi dan sumber daya manusia di Unpatti, tapi juga bisa menghasilkan manfaat di bidang pertanian, karena Balitbangtan memiliki fasilitas riset lengkap yang bisa digunakan untuk menciptakan dan merekayasa terobosan-terobosan baru.
"Tujuannya adalah bagaimana membangun kerja sama untuk melakukan penelitian di bidang pertanian, dan itu akan melibatkan petugas pertanian dengan sumber daya manusia yang ada di sana. Secara implementatif akan dilaksanakan antara Fakultas Pertanian dengan bidang-bidang tertentu yang ada di Kementan," ujar Rektor Marthinus.
Senada dengan Rektor, Dekan Fakultas Pertanian Prof J.M. Matinahoru mengatakan setelah perjanjian kerja sama dilakukan, pihaknya akan menyusun kegiatan dan pemetaan kebutuhan mahasiswa terkait peningkatan kapasitas dan sumber daya, kemudian ditawarkan kepada mereka yang ingin melakukan penelitian di unit-unit kerja di Balitbangtan.
Kendala terbesar, kata Matinahoru, adalah aspek biaya bagi mahasiswa yang akan berangkat melakukan penelitian. Masing-masing mahasiswa harus menanggung sendiri biaya transportasi dan akomodasi selama riset berlangsung.
"Tergantung dari penawaran mahasiswa. Mereka yang berangkat akan didampingi oleh dosen. Kami berharap ada mahasiswa yang bisa memilih apa yang sudah kami lakukan ini dalam kaitan peningkatan kapasitas mereka. Mungkin ada kendala dari aspek biaya," katanya.