Ambon (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku memproyeksikan tingkat inflasi Provinsi Maluku pada triwulan III-2021 di bawah tiga persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.
"Tetap rendahnya inflasi Provinsi Maluku pada triwulan III 2021 tersebut antara lain disebabkan terbatasnya tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring dengan penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level empat dan tiga sepanjang Juli - Agustus 2021 yang menahan daya beli masyarakat khususnya di Kota Ambon," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku, Noviarsano Manullang, di Ambon, Senin.
Kondisi tersebut terkonfirmasi pada hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku pada Agustus 2021. Berdasarkan hasil survei tersebut, lanjutnya, terjadi penurunan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang ditunjukan oleh penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) hingga dibawah treshold optimisnya (indeks-100).
"Pada triwulan III 2021 inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau diperkirakan cenderung menurun. Inflasi kelompok tersebut pada triwulan III 2021 diperkirakan menurun disebabkan oleh volatilitas permintaan dan penawaran subkelompok makanan, terutama pada komoditas pertanian dan beberapa sub-komoditas perikanan," ujarnya.
Kemudian, harga beberapa komoditas hortikultura seperti cabai merah dan cabai rawit diperkirakan menurun pada triwulan III-2021 sejalan dengan masuknya masa panen raya. Dari sisi permintaan, lanjutnya, penerapan PPKM level empat di awal triwulan tersebut diperkirakan menahan permintaan masyarakat danberdampak pada penurunan harga komoditas bahan makanan.
Di sisi lain potensi kenaikan harga masih terdapat pada inflasi inti seperti emas. Kenaikan harga emas masih dapat terjadi ditengah masih tingginya perekonomian global akibat Pandemi. Potensi kenaikan harga juga terdapat pada beberapa komoditas perikanan sejalan dengan prakiraan curah hujan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Curah hujan di Provinsi Maluku umumnya disertai dengan angin kencang yang dapat menghambat nelayan untuk melaut," kata Noviarsano.
Dia mengatakan, inflasi kelompok pakaian dan alas kaki diperkirakan akan tumbuh pada triwulan III 2021. Inflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki utamanya akan disebabkan oleh pakaian pria, pakaian wanita, dan onngkos jahit. Tren inflasi kelompok pakaian dan alas kaki pada triwulan III-2021 yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun kebelakang.
Ada pun inflasi pakaian dan alas kaki pada bulan Juli 2021 terpantaua meningkat sebesar 2,75 persen (yoy) yang didukung oleh pertumbuhan harga pada sepatu wanita yang naik 8,80 persen, kemeja pendek katun pria (10,39 persen) dan celana dalam wanita (19,98 persen).
Inflasi kelompok transportasi pada triwulan III 2021 diperkirakan mulai meningkat namun masih tetap rendah. Kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,63 persen (yoy) pada Juli 2021 yang didukung oleh inflasi pada komoditi angkutan udara sebesar 1,80 persen.
"Inflasi angkutan udara diperkirakan meningkat sejalan dengan efisiensi operasional maskapai yang mengurangi jumlah frekuensi penerbangan. Selain itu inflasi angkutan udara diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemajuan dalam upaya pengendalian pandemi COVID-19 melalui percepatan vaksinasi serta pembukaan akses wisatawan asing masuk ke wilayah Provinsi Maluku," ujar Noviarsano.