Ambon (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Kei Besar, H Sulaiman Uar membantah keras terkait beredarnya informasi masjid terbakar akibat bentrokan di Maluku Tenggara.
Sulaiman secara tegas menyatakan bahwa kabar terbakarnya masjid tersebut adalah informasi hoaks atau tidak benar.
"Itu informasi provokator. Semua masjid di Elath sampai Wakol itu utuh, tidak terbakar. Itu hoaks,” kata Sulaiman, saat dihubungi, di Ambon, Senin.
Baca juga: Kapolda Maluku: Konflik berdampak buruk bagi generasi muda, begini penjelasannya
Sulaiman mengaku pascabentrokan antar warga sejak Sabtu pagi, hingga saat ini kondisi sudah aman terkendali.
"Kondisi sementara aman terkendali," katanya.
Ia mengaku telah mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu yang menyesatkan.
"Kita sudah sampaikan imbauan agar kita banyak bersabar, kita jaga kampung saja, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang mengganggu," jelasnya.
Masyarakat juga diminta untuk tetap menjaga keamanan dan ketertiban. Ini diharapkan agar persoalan tersebut dapat segera diselesaikan.
"Kita berharap ini barang cepat bisa selesai, supaya kita bisa mencari nafkah untuk hidup, dan lain-lain," harapnya.
Sabtu, 12 November 2022 pagi terjadi konflik antar warga Bombay dan Elath akibat adanya upaya yang dilakukan oleh warga masyarakat Desa Bombay memasang sasi atau larangan adat di perbatasan dengan Desa Elath dengan mengklaim tanah tersebut milik mereka.
Baca juga: Dua anggota polisi terluka dalam bentrokan Maluku Tenggara sudah membaik
Upaya pemasangan larangan adat tersebut sempat dibubarkan pihak aparat kepolisian, namun kejadian yang dilakukan secara tiba-tiba ini mengakibatkan aparat gabungan antara TNI Polri sempat kewalahan.
Karena itu, pukul 11.00 WIT, Kapolda Maluku memerintahkan Kapolres Malra untuk penebalan pasukan sebanyak dua satuan setingkat peleton yang dipimpin langsung oleh Kapolres Malra dan Wakapolres Malra.
Dampak bentrok kelompok warga mengakibatkan kerusakan berupa kendaraan roda dua yang terbakar berjumlah enam unit di Ohoi Depur dan Wakatran dekat Ohoi Elat, lalu enam rumah warga Ohoi Depur, Wakatran, dan Wakol, dua bangunan sekolah SMP dan SMA di Wakatran, dan 22 rumah warga di Ohoi Ngurdu terbakar dan rusak berat.
Untuk korban luka-luka akibat terkena panah maupun sayatan benda tajam terdiri dari korban di Ohoi Bombay 14 orang, Ngurdu satu orang, Ohoi Soinrat tujuh orang, Ohoi Watsin enam orang, dan Elat 22 orang.
Sebanyak dua anggota kepolisian juga mengalami luka akibat panah, yakni Matias Vavu anggota Brimob BKO Yon C Pelopor Tual yang mengalami luka panah pada paha kiri, dan Surya Indra Lasmana anggota Polsek Kei Besar yang mengalami luka panah pada pinggang sebelah kiri.
Sementara itu, untuk dua korban jiwa masing-masing berasal dari Ohoi Bombay, yakni Tosy Urbanus Uluhayanan (28) yang meninggal dunia akibat proyektil pada bagian tenggorokan, dan satu warga lansia dari Ohoi Ngurdu bernama Daniel Kabinubun (62) yang meninggal dunia akibat terjebak di dalam rumah yang terbakar.
Kedua desa tersebut juga sudah pernah bentrok pada 6 Oktober 2022 lalu, yang mengakibatkan korban sebanyak 31 korban, di mana Ohoi Bombay sebanyak 15 korban, dan Ohoi Elath sebanyak 16 korban.
Kejadian pada 6 Oktober tersebut sudah diantisipasi dan sudah ditempatkan tiga satuan tingkat peleton (SST) gabungan dari TNI Polri yang ada di sana.
Baca juga: Bupati Thaher: Bentrok Maluku Tenggara bukan konflik agama