Ambon (ANTARA) - Sedikitnya 400 warga Desa Watuwey, Kecamatan Dawera-Dawelor, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku yang terdampak gempa bumi magnitudo 7,9 pada Selasa (10/1) masih bertahan di Gunung Erola.
"Dari koordinasi kami dengan camat serta Kepala Desa Watuwey, ternyata ratusan warga ini masih bertahan meskipun BMKG telah mencabut status tsunami beberapa saat pascagempa," kata Kepala Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten MBD James R. Likko yang dihubungi dari Ambon, Selasa malam.
Dia mengatakan mereka terdiri atas anak-anak hingga orang tua, tetap bertahan di gunung yang tingginya sekitar 200 meter dari permukaan air laut itu.
Baca juga: Warga Kepulauan Tanimbar terdampak gempa Maluku kembali ke rumah
Kepala Desa Watuwey Erlely Wardulianus mengatakan seluruh warganya tetap bertahan di pengungsian karena masih trauma dengan kuatnya guncangan gempa serta ancaman tsunami.
Apalagi, wilayah tersebut pernah mengalami gempa bumi dan tsunami pada 1960-an, meskipun guncangan gempa tidak sekuat yang dirasakan hari ini.
"Mereka bertahan seadanya dan untuk saat ini belum ada bantuan darurat dari mana pun, dan ada sekitar empat warga yang mengalami luka ringan dan satu orang menderita luka agak berat," ucapnya.
Namun, dia mengakui Pemerintah Provinsi Maluku saat ini telah mengirim bantuan tanggap darurat, berupa beras, selimut, dan obat-obatan ke Kecamatan Dawera-Dawelor.
"Hanya saja pengiriman bantuan tanggap darurat dari provinsi ini menggunakan kapal perintis yang minimal lima hingga tujuh hari baru tiba di sini," kata dia.
Dia menambahkan pemerintah desa bersama seluruh staf akan melakukan pendataan ulang seluruh warga yang masih bertahan di pengungsian mereka pada Rabu (11/1).
Baca juga: Sebuah pulau muncul di Kepulauan Tanimbar Maluku usai gempa, kok bisa?
Baca juga: Tanggapan peneliti BRIN tentang fenomena pulau baru di Tanimbar Maluku akibat patahan gempa