Ambon (ANTARA) - Guna menjalankan program intervensi spesifik percepatan penurunan stunting, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku telah bersepakat dengan Dinas Pendidikan untuk menjalankan program minum Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri pada sekolah-sekolah di Kota Ambon.
“Kita akan menyosialisasikan pentingnya kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, selain itu juga suda ada kesepakatan dengan dinas terkait untuk menjalankan program minum TTD di sekolah setiap Senin di Kota Ambon,” Kepala bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Elvi Tikupasang dalam Rapat koordinasi daerah percepatan penurunan stunting di Ambon, Kamis.
Tablet tambah darah merupakan tablet salut gula yang mengandung zat besi dan asam folat. Zat besi penting dalam pembentukan hemoglobin di tubuh sehingga dapat membantu mengatasi anemia saat menstruasi, hamil, menyusui, masa pertumbuhan, dan setelah mengalami pendarahan. Asam folat digunakan untuk mengurangi anemia megaloblastik selama kehamilan dan masa pertumbuhan.
Menurut Elvi hal tersebut dilakukan guna mencapai target pemerintah pusat yakni sebanyak 58 persen remaja putri harus mengonsumsi tablet tambah darah minimal sepekan sekali untuk percepatan penurunan stunting di Maluku.
“Kalau tabletnya dibawa pulang, itu belum tentu diminum, sehingga kita lebih kepada bagaimana itu dikawal dan dikontrol langsung oleh sekolah, jadi mereka membawa sarapan kemudian minum bersama-sama,” kata dia.
Meski demikian kata Elvi realisasi minum TTD setiap Senin masih disosialisasikan ke sekolah-sekolah di Kota Ambon
Selain itu Elvi mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan sosialisasi ke seluruh kabupaten dan kota yang ada di Maluku untuk menjalankan program tersebut.
Sebelumnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia menyampaikan pentingnya koordinasi lintas sektor guna menekan angka stunting di Maluku.
"Pemerintah pusat telah menetapkan target prevalensi stunting setiap tahunnya adalah tiga persen, pada 2022 kita mencapai 2,8 persen ini harus dievaluasi dengan meningkatkan koordinasi lintas sektor," ujar Deputi Bidang Lalitbang BKKBN RI Rizal Damanik.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 26,1 persen pada 2022.
Angka ini menempatkan Provinsi Maluku berada di peringkat ke-13 nasional.
Meski demikian masih ada kabupaten di Maluku dengan prevalensi stunting yang bahkan mencapai 41,6 persen yakni Buru Selatan.