Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia relatif stabil pada awal perdagangan Selasa, karena investor menunggu kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan Kongres yang akan dimulai hari ini untuk petunjuk tentang langkah selanjutnya bank sentral atas suku bunga.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang datar setelah saham-saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan sedikit kenaikan. Indeks telah naik 2,9 persen sejauh bulan ini.
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,5 persen, indeks Hang Seng Hong Kong terangkat l0,06 persen, indeks CSI 300 China terkerek 0,07 persen, dan indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,1 persen setelah turun 0,3 persen di awal sesi.
Baca juga: Saham Asia merosot tertekan ekuitas China dan imbal hasil obligasi AS
Saham Australia terseret oleh perusahaan sumber daya utama BHP Group dan Rio Tinto, yang menurut para analis melemah karena target pertumbuhan China ditetapkan sekitar 5,0 persen untuk 2023.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai 3,9675 persen, dibandingkan dengan penutupan AS di 3,983 persen sehari sebelumnya.
Imbal hasil dua tahun, yang naik sejalan ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,8945 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,894 persen.
"Kurangnya langkah-langkah stimulus baru berarti China saat ini puas hanya dengan menstabilkan ekonominya, sebuah langkah yang tidak dipandang mendukung pertumbuhan global," kata analis Ord Minnett.
"Sebagai tanggapan, harga komoditas dan saham terkait komoditas turun (semalam)."
Baca juga: Ekuitas Asia jatuh, khawatir bank sentral terus naikkan suku bunga
Bank sentral Australia (RBA) diperkirakan akan menaikkan suku bunga kesepuluh berturut-turut hari ini pada pukul 14.30 waktu setempat (03.30 GMT) dan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,6 persen.
Semalam, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,12 persen dan S&P 500 naik 0,07 persen, sedangkan Komposit Nasdaq tergelincir 0,11 persen.
Powell akan menyampaikan kesaksian setengah tahunannya di depan Kongres pada Selasa dan Rabu (8/3/2023) yang akan diawasi dengan ketat untuk petunjuk mengenai sejauh mana dan durasi kebijakan moneter ketat bank sentral AS yang bertujuan membatasi inflasi.
Pedagang berjangka dana Fed menilai probabilitas 76 persen Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 21-22 Maret, dan kemungkinan 24 persen untuk kenaikan 50 basis poin.
Di AS, laporan ketenagakerjaan Februari Departemen Tenaga Kerja diharapkan pada Jumat (10/3/2023) dan tanda-tanda pelunakan di pasar pekerjaan yang kuat akan dilihat sebagai tanda bahwa taktik hawkish Fed memiliki efek yang diinginkan.
"Dalam beberapa hari ke depan, kesaksian di kongres akan menjadi penting bagi pasar. Investor telah menilai kembali apa yang menurut mereka akan dilakukan Fed dengan suku bunga pada Maret dan memasuki kuartal kedua," kata Tai Hui, kepala strategi pasar Asia JPMorgan Asset Management.
Baca juga: Saham Asia dibuka di tertinggi 9-bulan usai data ekonomi AS kokoh
Data penggajian non-pertanian AS Februari juga akan diawasi ketat setelah angka Januari yang kuat, Hui menambahkan, dengan pasar "tampaknya tanpa arah" menunggu data ekonomi makro dan komentar kebijakan AS.
Kepala eksekutif Bank of America Brian Moynihan pada Selasa mengatakan pada KTT bisnis Sydney bahwa bank memperkirakan ekonomi AS akan mencapai resesi teknis akhir tahun ini sebelum bank sentral mulai memangkas suku bunga pada 2024.
"Ini adalah resesi yang sangat kecil dalam skema. Saya tidak berpikir Anda akan melihat resesi yang dalam," katanya.
"Dalam pandangan kami itu didasarkan pada sisi korporasi atau sisi komersial yang melambat, bukan sisi konsumen yang melambat."
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Saham Asia dibuka stabil karena investor tunggu kesaksian ketua Fed