Ternate (ANTARA) - Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Maluku Utara (Malut) mencatat hingga Mei tahun 2023, kinerja APBN masih mencatatkan surplus sebesar Rp204,3 triliun.
"Sampai Mei 2023 secara nasional belanja negara mencapai Rp1.005 triliun atau 32,8 persen dari pagu, sedangkan pendapatan negara mencapai Rp1.209,3 triliun atau 49,1 persen," kata Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Malut, Achmad Syaiful Mujab saat menggelar agenda rutin media briefing Torang Pe APBN Juni 2023 di aula Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Ternate, Senin.
Acara dihadiri seluruh perwakilan instansi vertikal Kementerian Keuangan di Provinsi Maluku Utara mencatat, dari target laju PDRB Maluku Utara pada kuartal I 2023 tertahan oleh tren konsumsi masyarakat yang kembali normal pasca hari besar keagamaan 2023.
Ia memaparkan mobilitas masyarakat meningkat sejalan dengan penghapusan PPKM pada akhir triwulan IV 2022 serta dunia usaha yang mulai berekspansi. Neraca perdagangan Maluku Utara Mei 2023 meneruskan tren surplus sejak awal tahun, yaitu sebesar 567,99 juta dolar AS.
Sedangkan, belanja negara tercapai sebesar Rp1.005 triliun atau 32,8 persen dari pagu dan pendapatan negara tercapai Rp1.209,3 triliun atau 49,1 persen dari target.
Menurutnya prospek pemulihan ekonomi global masih tertahan oleh naiknya tensi geopolitik, volatilitas sektor keuangan, serta masih terkontraksi manufaktur global. Aktivitas ekonomi Indonesia masih ekspansif dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,0—5,3 persen.
Dirinya menyebut, surplus disumbang oleh kinerja ekspor feronikel dari smelter di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan yang meningkat signifikan. Komoditas ekspor dan impor didominasi peralatan dan bahan baku industri pertambangan dan pengolahan.
Sementara itu, inflasi Mei 2023 tetap terkendali pada angka 5,71 persen (yoy) dengan andil terbesar dari sektor transportasi (angkatan udara) dan sektor makanan dan minuman (beras, bawang merah, ikan-ikanan). Risiko inflasi ke depan perlu di mitigasi, seperti potensi terjadinya El-Nino, mulai berakhirnya puncak musim panen komoditas hortikultura, dan harga avtur yang diprediksi mengalami penurunan secara moderat.
Kepala Bidang PPA II ini menjelaskan, peluang terjadinya pertumbuhan konsumsi dan arus investasi pada kuartal II. Indikasi pertumbuhan konsumsi masyarakat terlihat dari tren kredit konsumsi yang naik meskipun mengalami stagnasi. Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan masih tumbuh tetapi fluktuatif. Indikator lain yang dapat dilihat adalah tren Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan jumlah tamu menginap yang meningkat setiap Triwulan II dalam 3 tahun terakhir.
Begitu pula, tingkat konsumsi turut ditopang oleh belanja pemerintah yang terus meningkat tiap tahun dengan komposisi realisasi belanja barang dan jasa yang naik tiap tahunnya. Arus investasi diperkirakan tetap tumbuh positif pada kuartal II meskipun mengalami perlambatan yang didorong oleh pembangunan smelter baru dan beberapa proyek infrastruktur oleh pemerintah daerah di Malut.