Ambon (ANTARA) - Warga Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku melakukan Tradisi Lawa Pipi sebagai bentuk cerminan ibadah haji yang telah ditanamkan leluhur saat Idul Adha 1444 Hijriah
Tokoh Masyarakat Hila, Djamaluddin Bugis Lating di Ambon, Jumat mengatakan Lawa Pipi merupakan kegiatan keagamaan turun-temurun yang dilakukan warga Hila setiap Idul Adha.
"Tradisi Lawa pipi ini miniatur daripada pelaksanaan ibadah haji di Makkah al Mukaramah. Sebab hampir semua kegiatan haji ada di tradisi ini, misalnya Sai, Wukuf, Tawaf, Jamrah kecuali Mikat," kata Djamaluddin
Menurutnya, tradisi Lawa Pipi selain mencerminkan ibadah haji di Tanah Suci, juga menggambarkan bagaimana para leluhur Hila menanamkan nilai-nilai spiritual ke anak cucu untuk dapat memaknai ibadah haji sebagai rukun Islam ke lima.
"Jadi ini cara leluhur kita menanamkan nilai-nilai spiritual ke kita anak cucu Hila. Kita harus bisa memaknai Ibadah Haji sebagai rukun Islam ke lima," ujarnya.
Yang menjadi ciri khas dari tradisi Lawa Pipi, yakni hewan yang akan disembelih dipikul terlebih dahulu oleh para pemuda sambil berlari-lai kecil melambangkan rukun Sai mengelilingi kampung dan diikuti warga dengan suka cita.
Setelah prosesi Sai, dilanjutkan dengan mengitari Masjid Jami Uli Halawang Hila sebanyak tujuh kali putaran. Istilah ini disebut dengan nama Tawaf.
Hingga pada putaran terakhir, Imam bersama penghulu Masjid kemudian menyembelih "kambing temal" pada tempat yang sudah disediakan tepat di belakang masjid.
Ketika kambing disembelih, warga akan melempar uang logam maupun kertas ke arah kambing tersebut dengan niat untuk kebaikan serta menolak bala. Proses inilah yang diibaratkan dengan lempar Jamrah.
“Sementara uang yang dilempar, akan dikumpulkan untuk membeli rempah-rempah serta kebutuhan memasak hewan kurban yang akan dibagikan ke warga kurang mampu,” katanya menerangkan.
Kegiatan Lawa Pipi diawali dengan dilaksanakannya tahlilan oleh para pemuka agama, tokoh adat, imam masjid serta masyarakat setempat, berlangsung di Teras Rumah Tua Ollong.
Tahlil bertujuan untuk memanjatkan doa kepada arwah para leluhur sekaligus bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik.
Usai tahlil, hewan kurban atau kambing yang paling besar dan sehat (kambing temal) yang diibaratkan sebagai pengganti Nabi Ismail AS akan dikeluarkan lebih dulu pada posisi terdepan dan diikuti hewan kurban lainnya.