Ambon (Antara Maluku) - Sedikitnya lima orang tewas akibat bentrokan yang terjadi di lokasi penambangan emas di kawasan Gunung Botak, Desa Wamsaid, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru pada Rabu (11/7).
Bupati Buru Ramly Umasugi, ketika dikonfirmasi ANTARA, Kamis, membenarkan tewasnya lima orang tersebut dan satu lainnya mengalami luka serius.
Korban belum sempat teridentifikasi, dan yang terluka serius dievakuasi ke RSU Namlea, ibu kota Kabupaten Buru.
"Korbannya belum teridentifikasi. Namun, bisa dipastikan berasal dari penduduk setempat maupun warga Indonesia asal luar Maluku yang melakukan penambangan emas tanpa izin (peti)," ujarnya.
Bupati Ramly Umasugi menyatakan aparat keamanan telah berhasil mengendalikan bentrokan itu.
"Bentrokan telah dilerai dan personil Polisi dan TN-AD mengendalikakan stabilitas keamanan di sana," katanya.
Disinggung upaya Pemkab Buru untuk menangani peti, Bupati menjelaskan pihaknya sedang menunggu keputusan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait proses penambangan.
"Jadi penanganan untuk penambangan emas secara tertanggung jawab sudah dilakukan Pemkab Buru. Hanya saja masih menunggu keputusan Kementerian ESDM," ujarnya.
Sebelumnya salah satu warga Namlea, Rudy Tan mengatakan, sedikitnya tiga orang penambang emas di kawasan Gunung Botak mengalami luka-luka ringan maupun berat akibat dibacok orang tak dikenal (OTK) pada 9 Juli 2012.
Ketiga warga pendatang yang sedang melakukan pengolahan material pasir dan tanah menggunakan mesin tromol untuk mendulang logam mulia ini dibacok OTK sehingga dilarikan ke RSU.
Menurut Rudy, ketiga pendulang emas ini tidak diketahui identitasnya karena mereka merupakan warga pendatang dari daerah lain, dan satu korban diantaranya dalam kondisi kritis dan masih mejalani perawatan intensif di RSU Namlea.
Perkelahian akibat perebutan lahan tambang yang berujung kematian di lokasi peti Gunung Botak sudah seringkali terjadi, tapi sejauh ini aparat kepolisian belum menahan satu pun tersangka dari sejumlah insiden.
Sejak lokasi penambangan emas rakyat ini ditemukan beberapa waktu lalu, terjadi sejumlah insiden yang mengakibatkan korban jiwa maupun luka-luka seperti tanggal 15 Mei 2012 atau tanah longsor pada lubang galian yang menewaskan dua pendulang pada tanggal 11 Juni lalu, maupun perebutan lahan galian yang berakibat dua penambang tewas.
Pendulang yang mengoperasikan mesin ini selalu bekerja 24 jam secara bergantian untuk memisahkan butiran emas dari matrial tanah dan pasir.