Ternate (ANTARA) - Sejumlah tokoh adat di Maluku Utara (Malut) mengharapkan pemerintah daerah untuk intensif merawat dan melestarikan bahasa lokal, melalui proses pembelajaran bahasa daerah dijadikan sebagai komunikasi sehari-hari bagi warga setempat.
"Saat ini, banyak anak-anak muda tidak lagi gunakan bahasa lokal dalam berkomunikasi, kami khawatirkan bahasa yang menjadi warisan para leluhur akan punah," kata Sultan Jailolo, Ahmad Sjah di Ternate, Kamis.
Dia mengatakan, kekhawatiran itu sangat beralasan, karena di Kabupaten Halmahera Barat ada bahasa Gamkonora sudah tidak lagi digunakan warga lokal dan penuturnya saat ini mulai berkurang.
Selain itu, kata Ahmad Sjah, bahasa Gamkonora sebagai identitas masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat akan hilang, seiring dengan perkembangan zaman yang begitu dahsyat.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar Pemkab setempat untuk bersama-sama Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-ristek) melalui Kantor Bahasa Provinsi Malut untuk terus merevitalisasi bahasa lokal yang saat ini terancam punah.
Sebab, saat ini, masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat selain menggunakan bahasa melayu Malut, sebagian warga lebih menggunakan bahasa lokal Ternate, ketimbang bahasa Gamkonora merupakan bahasa para lelulur.
Baca juga: Kantor Bahasa Malut lakukan revitalisasi bahasa lokal, begini penjelasannya
Sementara itu, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-ristek) melalui Kantor Bahasa Provinsi Malut telah melakukan pemantauan dan revitalisasi lima bahasa daerah di Malut.
Kepala Kantor Bahasa Malut, Arie A. Isa mengatakan, Tim yang mereka bentuk telah melakukan pemantauan dan evaluasi pembelajaran dan revitalisasi bahasa daerah mulai Agustus hingga September 2023 dan bertujuan mengetahui proses pembelajaran bahasa daerah yang selama ini dijadikan sebagai komunikasi sehari-hari bagi warga setempat.
Pihaknya juga turun ke sekolah untuk melihat revitalisasi bahasa daerah kepada siswa setempat, sehingga dukungan sekolah dalam mengembangkan bahasa daerah sehari-hari bisa ditularkan ke para siswa.
Untuk itu, dalam merevitalisasi bahasa daerah, tentunya mendapat dukungan dari seluruh elemen di sekolah, sehingga bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu akan sejak dahulu kala tetap dipertahankan para penutur.
Sebelumnya, sejak tahun tahun 2022 lalu, pihaknya merevitalisasi lima bahasa daerah yaitu, bahasa daerah Ternate di Kota Ternate, Bahasa Sahu di Halmahera Barat, bahasa Tobelo di Kabupaten Halmahera Utara, bahasa Makian Timur atau Makian Dalam di Kabupaten Halmahera Selatan dan bahasa Sula di Kabupaten Kepulauan Sula.
Dia mengatakan, Mendikbud-ristek telah meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke-17 yaitu Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah di 12 Provinsi sejak tanggal 22 Februari 2022.
Menurutnya, pada program ini, Provinsi Maluku Utara menjadi salah satu daerah yang menjadi target program tersebut.
Arie menambahkan, tidak semua revitalisasi bahasa daerah dilaksanakan terhadap 19 bahasa daerah di Maluku Utara, hanya ada empat bahasa daerah yang menjadi objek revitalisasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sejumlah tokoh adat di Malut harapkan bahasa lokal dilestarikan