Ambon (Antara) - Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan kerukunan beragama sebagai pilar kekuatan bangsa yang perlu terus dipertahankan.
"Tidak bisa dibantah budaya kerukunan sangat panjang dari zaman nenek moyang kita sehingga perlu terus dipertahankan," katanya pada Silaturahmi Bersama Tokoh Lintas Agama di Ambon, Sabtu.
Menurut dia, bukan berarti musuh kerukunan itu tidak ada karena dalam perjalanan panjang bangsa ini, musuh kerukunan itu tetap ada.
"Musuh kerukunan itu, baik yang datangnya dari dalam diri kita sendiri penganut agama maupun dari luar. Penganut agama kita terkadang ada pemahaman keagamaan yang picik sedangkan dari luar mereka yang tidak menghendaki Indonesia rukun termasuk Maluku khususnya Ambon," katanya.
Oleh karena upaya untuk menciptakan ketidakrukunan itu terus berlangsung, katanya, perlu kesadaran bersama karena kerukunan bukanlah sesuatu yang sudah jadi secara mutlak atau sesuatu yang matang yang tidak bisa dimentahkan lagi.
"Saya sepakat dari tokoh agama yang mengatakan kerukunan adalah sebuah proses yang tidak pernah mengenal berhenti dan terus berlangsung sampai kapan pun," kata Suryadharma Ali.
Sebagai Menteri Agama, dirinya terus mengingatkan umat beragama di Indonesia supaya menjaga kerukunan.
"Saya mengatakan itu karena hari ini kita rukun, besok belum tentu, bulan ini kita rukun, bulan depan belum tentu rukun dan tahun ini kita rukun tahun depan belum tentu rukun," katanya.
Atas dasar itu, katanya, kesadaran untuk menjaga kerukunan harus diingatkan dari waktu ke waktu.
Itulah sebabnya, katanya, hari lahir Kementerian Agama yang biasa disebut Hari Amal Bakti Kementerian Agama yang jatuh pada 3 Januari dijadikan sebagai "Hari Kerukunan Nasional".
"Maksudnya tidak lain agar sekurang-kurangnya setiap tahun kita mengingatkan kepada tokoh-tokoh umat beragama bahwa betapa pentinganya kerukunan itu," katanya.
Ia menyebut bahwa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
"Mengapa saya tidak menyebutkan hari kerukunan umat beragama? Karena Indonesia bangsa yang majemuk yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau, 1.200 suku, dan 700 bahasa daerah. Juga punya perbedaan agama yang begitu banyak, adat istiadat, serta sistem nilai yang dikembangkan banyak," katanya.
Suryadharma Ali mengatakan bahwa melihat kondisi bangsa Indonesia seperti itu, bekas Presiden Polanda Lech Walesa, dalam kunjungan ke Indonsia pada 12 Mei 2010 dalam ceramahnya di Istana Negara mengatakan bahwa harus belajar kerukunan Indonesia.
"Beliau memberi contoh Uni Soviet dan Yugoslavia berantakan, tetapi Indonesia dengan geografisnya lebih rumit dan kompleks mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI. Ini harus menjadi kebanggan kita semua," katanya.
Ia juga mengakui bahwa agama hal yang sangat sensitif, sebab ada saja persoalan yang melibatkan agama sekecil apapun masalahnya, tetapi beritanya tidak saja menghiasi media-media di Indonesia, akan tetapi juga media-media internasional.
"Manakala ada kebaikan seperti yang kita tunjukkan pada MTQ ke-24 Tahun 2012 di Ambon, tidak ada satu media pun yang memberikan apresiasi bahwa Maluku adalah provinsi yang patut menjadi contoh kerukunan umat beragama di Indonesia," ujarnya.
Ia menjelaskan tentang Hari Kerukunan Nasional yang mendorong kewajiban setiap oarang untuk rukun antarsuku, antarperadaban, antaradat istiadat, antarbudaya, antaragama, antarkampung, dan antaridentitas.
"Hari Kerukunan Nasional merupakan sumbangsih tokoh-tokoh agama serta umat-umat beragama kepada bangsa dan negara Indonesia. Yakin inilah sumbangan yang sangat luar biasa," katanya.
Pada kesempatan itu, ia meminta kepada seluruh tokoh dan umat beragama mewujudkan kerukunan sebagai sumbangan terbesar kepada Indonesia.
"Sebab di tangan umat beragamalah bangsa ini akan maju mengawal pembangunan, politik, dan demokrasi," katanya.
Menteri: Kerukunan Beragama Pilar Kekuatan Bangsa
Sabtu, 11 Januari 2014 18:14 WIB