Ambon (Antara Maluku) - Bank Indonesia Perwakilan Maluku bersama Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Pattimura (Unpatti) menyelenggarakan Fokus Group Diskusi (FGD) dalam rangka memperkenalkan salah satu produk penelitian berupa Papeda Original Siap Saji (POSS) berbasis sagu.
"Diskusi papeda original sebagai momentum mengembalikan kecintaan masyarakat Maluku untuk mengkonsumsi pangan lokal non beras dan diversifikasi pangan lokal wajib dimulai dari sekarang," kata Deputi Pemimpin Bank Indonesia Perwakilan Maluku, Ocky Genesia, di Ambon, Kamis.
FGD yang diselenggarakan di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Maluku menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Peneliti Unpatti DR. Wardis Girsang yang membawakan matreri Ketahanan Pangan Berbasis Tepung Sagu di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku.
Selanjutnya Kepala Bidang Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan Maluku, Ir. Ryona C. Noya dengan materi Ketahanan Pangan Melalui Diversifikasi Pangan Lokal Sagu, dan Peneliti Unpatti Dr. Febby J. Folnaya dengan materi Pati Sagu: Sifat-Sifat, Prospek dan Tantangan Sebagai Bahan Baku Industri.
Menurut Ocky, kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan POSS tetapi lebih dari itu untuk mendapatkan masukan dan saran dalam pengembangan sagu termasuk menggugah kecintaan masyarakat Maluku terhadap pangan lokal berbasis sagu.
"Kebutuhan terhadap karbohidrat tidak harus dipenuhi dengan mengkonsumsi beras tetapi dapat diganti dengan komoditas sagu termasuk umbi-umbian seperti ubi kayu atau singkong, ubi jalar serta jagung," katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Unpatti Prof. Dr. John Matirahoru mengatakan kemitraan dengan berbagai pihak diperlukan agar hasil penelitian dapat diperkenalkan dan selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan.
"Papeda original siap saji ini mungkin cocok dipasarkan melalui super market modern karena memiliki lemari pendingin apalagi komoditi ini mudah rusak," katanya.
Prof John mengakui, bahwa sejak zaman dahulu masyarakat Maluku mengkonsumsi sagu, namun saat ini sudah mulai ditinggalkan karena hampir seluruh masyarakat di daerah ini beralih ke beras. Tetapi untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras maka salah satu solusinya perlu diversifikasi pangan non beras berbasis sagu.
"Diharapkan produk papeda original siap saji ini dapat diterima di tingkat regional maupun nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap komoditas pangan strategis yang sering menyumbang inflasi," katanya.
Beras lanjut Prof John, bahwa di tingkat nasional pangan strategis ini menduduki peringkat pertama dari sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi.
Padahal kalau ditinjau dari aspek kesehatan mengkonsumsi asupan karbohidrat yang beragam juga membuat tubuh menjadi sehat karena asupan gizi yang lebih lengkap.
Karena itu, pada tahap awal perlu dikampanyekan one day no rice satu hari tanpa beras di kantor-kantor pemerintah, instansi swasta maupun lembaga lainnya termasuk di perguruan tinggi.
Ocky Genesia menambahkan, Bank Indonesia Maluku sudah memulai langkah ini, dimana dalam setiap rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)disajikan makanan tradisional non beras termasuk papeda sebagai menu utama, singkong rebus, jagung rebus, pisang rebus dan lain-lain.
BI Faperta Unpatti Gelar Diskusi Tentang Papeda
Kamis, 3 April 2014 20:51 WIB