Ambon (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku meningkatkan deteksi penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) sebagai upaya percepatan kesembuhan bagi penderita penyakit menular tersebut di daerah itu.
"Saat ini kami gencar untuk meningkatkan deteksi penemuan kasus karena memang banyak stigma pada masyarakat tentang penyakit ini," Kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Maluku dr Samsila Mona Rumata di Ambon, Senin.
Salah satu upaya yang telah dilakukan Pemprov Maluku dalam menekan angka penderita TBC di daerah itu yakni memaksimalkan program pojok peduli TBC yang dibuka pada beberapa desa di Maluku.
Pojok Peduli TBC adalah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan preventif dan kuratif untuk masyarakat terhadap penyakit TBC.
Dalam program ini disediakan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan untuk pasien TBC, menyediakan pengobatan anti-TBC dan pengawasan pengobatan, melakukan kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan untuk masyarakat serta mengawasi dan memantau perkembangan penyakit TBC di masyarakat.
Selain itu program ini juga melakukan tes diagnosa dan deteksi dini TBC, menyediakan pengobatan dan perawatan pasien TBC, memberikan konseling dan edukasi tentang TBC serta melakukan pelaporan kasus TBC ke Dinas Kesehatan.
Hal tersebut juga untuk mendukung program pemerintah dalam eliminasi TBC pada 2030. Di Kota Ambon ada dua pojok peduli TBC yang banyak dikunjungi masyarakat yakni di Batu Merah dan Laha.
Dengan adanya pojok peduli TBC mandiri ini diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat tentang pencegahan serta penanggulangan TBC. Dengan pojok peduli TBC itu juga hingga kini pihaknya masih mendata penderita TBC di Maluku selama 2024.
"Apalagi TBC menjadi salah satu asta cita Presiden Prabowo Subianto, jadi memang dana yang digelontorkan Rp8 triliun untuk seluruh Indonesia karena memang TB ini peringkat kedua sedunia setelah India dengan estimasi kasus 1.060.000 per tahun di seluruh Indonesia," kata dr Mona.
Sementara itu pada kesempatan lain Kepala UPTD Klinik Utama BKPM Provinsi Maluku, dr Elenora Wattimena menjelaskan penderita TBC terbagi dalam dua kategori yakni Tuberkulosis (TBC) sensitif obat (penderita aktif yang sementara minum obat program/3-6 bulan) dan TBC resisten obat (TB RO) adalah infeksi tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang kebal obat (tidak rutin/berhenti konsumsi obat saat program awal).
Diakuinya, untuk penderita TBC sensitif obat di Provinsi Maluku, tingkat keberhasilan pengobatan sekitar 78 persen berdasarkan jumlah kasus terlapor.
"Dari jumlah tersebut, yang paling sukses adalah Kabupaten Kepulauan Aru dengan total 72,06 persen, dan yang paling rendah di Kabupaten Seram Bagian Timur yakni 36,55 persen," kata Wattimena.
Sementara tingkat keberhasilan pengobatan TBC Resisten Obat (TB RO) masih rendah yakni sekitar 40 persen, berdasarkan jumlah kasus terlapor.
"Datanya hanya di dua kabupaten dari 11 kabupaten/kota di provinsi Maluku, yakni Kabupaten Kepulauan Aru sekitar 12,40 persen dan Kabupaten Maluku Tengah 30 persen," ungkapnya.