Ternate (ANTARA) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Ternate mengemukakan kegiatan smelter di Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah berkontribusi dalam peningkatan capaian penerimaan negara di Maluku Utara.
"Pada 2025 ditargetkan penerimaan negara di Maluku Utara Rp413 miliar, di kuartal pertama tahun lalu capaian hanya sekitar Rp66,8 miliar. Tahun ini naik 110 persen, dan penerimaan terbesar masih didominasi kegiatan smelter di Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera Tengah," kata Kepala Bea Cukai Ternate Jaka Riyadi dihubungi di Ternate, Kamis.
Dia menyampaikan target tersebut mengalami peningkatan dibanding kuartal pertama tahun sebelumnya.
Pada sisi lain ia menyampaikan neraca perdagangan di wilayah Maluku Utara juga menunjukkan tren positif. Tercatat, devisa ekspor mencapai 3,24 miliar dolar AS, sementara devisa impor sebesar 1,15 miliar dolar AS, menghasilkan surplus perdagangan sebesar 2,09 miliar dolar AS pada kuartal pertama 2025.
"Kondisi ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi daerah, karena Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh aktivitas smelter di Halteng dan Halsel," katanya.
Selain sektor tambang, Jaka juga menyoroti kontribusi ekspor dari sektor nontambang, khususnya sektor perikanan, yang turut mendongkrak penerimaan negara di wilayah Maluku Utara.
"Kami berharap tren positif ini terus berlanjut, baik dari sektor tambang maupun nontambang seperti perikanan, demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Maluku Utara Tunas Agung Jiwa Brat, menyampaikan perkembangan terkini kondisi ekonomi dan kinerja APBN Regional Maluku Utara.
Ia memaparkan beberapa isu global menjadi sorotan utama, antara lain pergantian pemerintahan di Amerika Serikat yang berdampak pada kebijakan tarif yang memicu berubahnya tatanan global secara dramatis, rivalitas antara AS dan Tiongkok, serta meningkatnya eskalasi geopolitik yang memicu ketidakpastian global.
Namun demikian, di tengah dinamika global tersebut, indikator ekonomi domestik tetap tangguh yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi tahun 2024 sebesar 5,03 persen atau relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara di Kawasan ASEAN dan G20.
Secara kewilayahan, Tunas menyampaikan neraca perdagangan Maluku Utara pada Maret 2025 masih melanjutkan tren surplus sebesar 712,49 juta dolar AS
Ekspor tercatat 1.322,71 juta dolar AS, sementara impor 610,22 juta dolar AS. Sumber devisa ekspor didominasi oleh ferronickel senilai 2.008 juta dolar AS, sementara penyumbang devisa impor terbesar adalah peralatan mesin untuk pengolahan nikel sebesar 176,59 juta dolar AS.
Di sisi lain, komoditas ekspor nontambang utama berasal dari sektor perikanan yaitu tuna beku 1.544,87 ribu dolar AS, kepiting bakau 102,49 ribu dolar AS, dan udang ronggeng 0,90 ribu dolar AS.
Berdasarkan data BPS, Maluku Utara mengalami inflasi 2,32 persen secara tahunan dan inflasi 2,65 persen secara bulanan sebagai dampak peningkatan konsumsi selama Ramadhan dan Idul Fitri.
"Komoditas utama penyumbang inflasi yaitu dari cabai rawit, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan dan tomat," ujarnya.