Ambon (ANTARA) - Guru Besar Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku mengemukakan Indeks Kesehatan Laut menjadi kunci komoditas perikanan dilirik pasar internasional.
“Hal penting yang harus menjadi perhatian serius di Maluku adalah perlu adanya kerja sama antar insan perguruan tinggi dan pemerintah dalam membuat rumusan kebijakan yang berhubungan dengan monitoring kesehatan laut,” kata Guru Besar bidang Ilmu Oseanografi Biologi Unpatti Prof Irma Kesaulya di Ambon, Sabtu.
Menurutnya indeks kesehatan laut dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisma seperti fitoplankton sebagai salah satu indikator Ocean Health Index (OHI) atau Indeks Kesehatan Laut (IKL).
Pasalnya berdasarkan penelitian yang dilakukan, ketersediaan index kesehatan laut di perairan Maluku masih sangat terbatas dan baru dilakukan kajian di perairan semi tertutup yaitu Teluk Ambon dan Teluk Baguala.
Dengan memperhatikan Indeks Kesehatan Laut kata dia, pemerintah dapat mengukur kesehatan laut berdasarkan parameter seperti kualitas air, keanekaragaman hayati, dan kondisi ekosistem laut.
Kemudian IKL dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan laut yang efektif. IKL juga dapat membantu mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh lingkungan laut, seperti polusi, perubahan iklim, dan kerusakan habitat.
“Bahkan IKL juga dapat digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan lingkungan laut dan menentukan apakah kebijakan yang diterapkan sudah efektif atau tidak,” tuturnya.
Dengan tersedianya Indeks Kesehatan Laut dari perairan Maluku secara luas, akan dapat digunakan sebagai salah satu syarat dalam menunjang usaha perikanan di Maluku untuk masuk ke pasar internasional.
Saat ini berdasarkan data, volume ekspor komoditas perikanan non hidup pada Januari-Maret 2025 tercatat sebanyak 2.261.457 kilogram, jika dibandingkan dengan periode yang sama 2024 sebesar 2.914.628 kilogram maka terjadi penurunan volume sebesar 22,4 persen.
Dari data tersebut jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode yang sama di 2024 sebesar 14.741.653 dolar AS maka terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 10,1 persen.
Dengan penurunan nilai ekspor tersebut, maka kebijakan pemberlakuan Indeks Kesehatan Laut diperkirakan dapat meningkatkan kembali minat negara pengimpor terhadap hasil laut Maluku.