Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Namlea, Kabupaten Buru, Maluku melatih warga binaan mengembangkan budidaya ikan nila dengan teknologi bioflok sebagai bagian dari program pembinaan kemandirian sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
Kepala Lapas Namlea, Muhammad M. Marasabessy dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Rabu, mengatakan pelatihan ini tidak hanya bertujuan memberi keterampilan praktis, tetapi juga membekali warga binaan dengan pengetahuan kewirausahaan sehingga mereka bisa mandiri setelah bebas.
“Melalui kegiatan ini warga binaan tidak sekadar mengisi waktu, melainkan diarahkan untuk menata masa depan yang lebih baik,” kata dia.
Ia menjelaskan, sistem bioflok merupakan teknologi budidaya ikan yang mengandalkan pengelolaan kualitas air dengan memanfaatkan mikroorganisme. Prinsip kerjanya adalah menumbuhkan mikroba dalam kolam untuk mengurai kotoran ikan menjadi gumpalan atau flok, yang selanjutnya dapat dimakan kembali oleh ikan sebagai sumber protein tambahan.
Metode ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain lebih hemat pakan karena flok berfungsi sebagai pakan alami, ramah lingkungan sebab limbah budidaya dikelola langsung di dalam kolam, serta mampu meningkatkan produktivitas dengan menampung kepadatan ikan lebih banyak dibandingkan kolam konvensional.

Selain itu, sistem bioflok juga efisien dalam penggunaan lahan sehingga sangat cocok diterapkan di area terbatas seperti lingkungan lapas.
“Melalui penerapan teknologi ini, Lapas Pulau Buru bukan hanya memberikan keterampilan praktis bagi warga binaan, tetapi juga memperkenalkan inovasi perikanan modern yang mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan,” kata dia.
Berkaitan dengan hal itu, program ini mulai menarik perhatian masyarakat sekitar setelah panen uji coba.
“Tak sedikit warga sekitar lapas yang datang untuk membeli ikan nila hasil teknologi bioflok ini,” kata dia.
