Ambon, 26/10 (Antara Maluku) - Film fiksi pendek pertama di Maluku, "Baju Bola" yang mengangkat budaya "mawe" (perdukunan) dalam kehidupan masyarakat setempat karya sutradara muda Piet Manuputty dijadwalkan dirilis pada awal November 2015.
"Pengambilan gambarnya sudah selesai, sekarang sedang dalam proses pematangan akhir, editing dan pembuatan scoring (musik instrumental pengiring film), jadi sekitar awal November 2015 sudah bisa rilis," kata Piet Manuputty, di Ambon, Senin.
Film Baju Bola mengisahkan hilangnya seragam sepak bola kesayangan seorang anak desa.
Akibatnya ia terancam tidak bisa mengikuti pertandingan antar kampung, karena itu dengan segala cara ia berusaha mencarinya, salah satunya dengan menggunakan jasa dukun setempat.
Sarjana komunikasi Islam dari Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon itu mengatakan film garapannya hanya berdurasi 10 menit.
Kendati demikian proses pengerjaannya, mulai dari pra-produksi hingga editing memakan waktu sekurang-kurangnya satu bulan lamanya.
Seluruh proses pengambilan gambar, kata dia, dilakukan di Desa Hila, pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah.
Para tokoh dan pemeran di dalam film itu juga adalah masyarakat setempat.
"Karena produksi film ini bekerja sama dengan salah satu rumah produksi (production house - PH ) di Jakarta, jadi nanti rilisnya melalui penanyangan di salah satu stasiun TV swasta nasional," ujar Piet..
Mawe merupakan bahasa tradisional Maluku untuk praktik perdukunan, khusus untuk menerawang keberadaan benda-benda hilang.
Ide untuk mengangkat budaya tersebut dalam kemasan fiksi kehidupan, menurut Piet, dilatarbelkangi dari masih maraknya penggunaan dukun pada masa sekarang.
"Walaupun zaman sudah modern tapi praktik ini masih menjadi bagian yang tidak bisa terlepas dari peradaban masyarakat di Indonesia, meskipun proses dan bahasanya berbeda-beda, ini menjadi fenomena yang menarik dalam perkembangan masyarakat modern dewasa ini," ucapnya.