Jakarta (ANTARA) - Setelah mengalahkan petenis nomor satu dunia Novak Djokovic dalam lima set untuk mencapai final French Open (Roland Garros) keduanya, Dominic Thiem dengan cepat mengalihkan perhatiannya ke lawan terakhirnya yaitu juara 11 kali Rafael Nadal.
Petenis berusia 25 tahun itu memastikan kemenangan ketiganya secara dramatis melawan Djokovic dalam empat pertemuan FedEx ATP Head2Head terakhir mereka.
"Itu pertandingan epik. Begitu banyak naik-turun skor dan disertai hujan, kembali ke ruang loker dan kembali ke lapangan lagi. Saya merasa bahwa saya memimpin di seluruh pertandingan dan saya beruntung mengalahkan dia pada akhirnya," tutur Thiem dalam keterangan resmi atptour.com, Minggu.
Dalam pertandingan lima set pertamanya di Roland Garros, Thiem mengatasi dua kali penundaan akibat hujan dan menanti satu malam untuk mengamankan kemenangan, serta menjadi petenis Austria pertama yang mencapai beberapa final Grand Slam.
Sekarang hanya satu kemenangan lagi dari gelar Grand Slam pertamanya, Thiem akan menghadapi Nadal dalam pengulangan pertandingan kejuaraan tahun lalu.
Petenis peringkat empat dunia itu juga ingin mengakhiri rekor tak terkalahkan 11-0 milik Nadal dalam turnamen Roland Garros, setelah sebelumnya mengalahkan juara Grand Slam 17 kali itu di perjalanan ke piala Barcelona Open Banc Sabadell pada bulan April.
"Untuk melawan Rafa di sini merupakan tantangan utama, salah satu tantangan terberat dalam olahraga secara umum. Saya memainkan pertandingan yang sangat bagus melawan dia di Barcelona. Itu enam minggu lalu. Jadi, tentu saja, saya akan mencoba melakukan hal yang sama meski pun lebih sulit untuk melawannya di sini," pungkas Thiem.
Kemenangan Thiem di Barcelona menandai tahun keempat berturut-turut bahwa ia telah mengalahkan petenis Spanyol itu secara sukses, yang sebelumnya menang di Buenos Aires (2016), Roma (2017) dan Madrid (2018).
Thiem adalah satu dari hanya dua pemain, bersama Djokovic, yang telah mengalahkan Nadal pada empat kesempatan atau lebih di lapangan tanah liat.
"Saya melalui pertandingan yang sangat bagus melawan dia di tanah liat sebelumnya, dan saya juga mengalahkannya tahun ini," katanya optimistis.
Terkait dengan perkiraan hasil pertandingan di final, Thiem membantah bahwa faktor stamina akan berpengaruh dalam pertandingannya melawan Nadal, mengingat kondisi cuaca empat hari terakhir di Paris menyebabkan kacaunya sejumlah jadwal pertandingan.
"Saya bertanding dengan keyakinan untuk menang. Itu hal yang paling penting. Ini mimpi besar bagi saya untuk memenangkan pertandingan final, untuk memenangkan gelar ini,"
Ia begitu antusias untuk memperbaiki kekalahan beruntunnya dari Nadal di babak final tahun lalu.
Jika ia berhasil mengalahkan Nadal di lapangan tanah liat Grand Slam nanti, maka ia akan mengikuti jejak Thomas Muster sebagai orang Austria kedua yang memenangkan gelar Grand Slam.
"Saya hanya melihat ke depan untuk pertandingan final. Ini kesempatan yang luar biasa," ujar Thiem.