Ternate (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian(Kementan) melepas ekspor 5 ton komoditas selaput biji pala asal Maluku Utara (Malut) senilai Rp1,3 miliar untuk pertama kalinya ke negara India.
"Ekspor ini membuktikan upaya bersama dan sinergi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," kata Kepala Barantan, Ali Jamil saat melepas ekspor selaput biji pala di area Pelabuhan Ahmad Yani, Kota Ternate, Jumat.Menurut dia, ekspor langsung dari Ternate ini pertimbangan biaya dan transportasi ekspor selaput biji pala (Myrisyica fragrans) atau yang dikenal dengan nama fully masih melalui Surabaya dan ekspor perdana tersebut mengapresiasi kinerja semua instansi.
Sebab, selama ini ekspor komoditas potensial dari Ternate masih memiliki berbagai hambatan, sebelum diekspor, petugas karantina melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik, untuk memastikan keamanan komoditas tersebut dari hama penyakit.
Sesuai persyaratan negara tujuan, produk selaput biji pala tersebut juga diberikan perlakuan berupa fumigasi menggunakan metil bromida dosis 48 g/m3 selama 24 jam.
"Setelah kita pastikan semua aman, sehat tidak ada hama penyakit sesuai persyaratan sanitary dan phytosanitary dari negara tujuan barulah kita keluarkan sertifikat phytosanitarynya sebagai jaminan dari Indonesia," kata Jamil.
Menurut dia, upaya ekspor berbagai komoditas pertanian dari Ternate dan Maluku Utara harus diupayakan bersama. Berdasarkan data otomasi Barantan melalui Iqfast, terdapat setidaknya ada lima komoditas unggulan dari Maluku Utara seperti kopra, cengkeh, pala biji, kakao biji dan fuli atau selaput biji pala.
Acara yang dipelopori oleh empat instansi sekaligus tersebut yaitu Bea dan Cukai Ternate, Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate, PT. Pelindo IV dan KSOP Kelas II Ternate juga menampilkan berbagai komoditas potensial ekspor dari Ternate.
Dimana, berbagai komoditas unggulan di atas masih dikirim secara lokal ke Surabaya, Bitung dan Manado untuk kemudian bisa diolah dan diekspor. Jumlah total pengiriman fully ke luar daerah pada 2018 sebanyak 214 ton, sedangkan komoditas lainnya berupa kopra sebesar 72,5 ribu ton, pala biji sebanyak 2,7 ribu ton, cengkeh sebesar 2 ribu ton dan kakao biji sebesar 969 ton.
Sebab, kandungan fully sendiri belum banyak yang meneliti. Dinegara tujuan, fully digunakan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik dan obat-obatan.
Sementara itu, Asisten III Pemprov Malut, Salmin Djanidi, menyatakan, Malut memiliki keunggulan Sumber Daya Alam, namun untuk diekspor ke berbagai negara masih minim.
Olehnya itu, kata Salmin, adanya ekspor langsung berbagai produk lokal Malut dan dukungan stakeholder ini bisa meningkatkan perenomian masyarakat setempat.