Mancini samai rekor pelatih legendaris Italia
Kamis, 17 Oktober 2019 4:41 WIB
Era baru
Mancini ditunjuk sebagai pelatih kepala Italia sejak 14 Mei 2018 menggantikan Gian Piero Ventura yang diberhentikan karena rentetan kegagalan, termasuk membuat Gli Azzutri absen dari putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Sejak itu, Mancini baru kalah dua kali dan memenangi 11 dari 17 pertandingan mendampini Italia.
Terakhir kali Italia kalah terjadi pada 10 Septembet 2018 kala melawat ke Portugal dalam rangkaian laga UEFA Nations League dengan skor tipis 0-1.
Lantas sekira dua bulan berselang, Italia terakhir kali gagal meraih kemenangan ketika hanya main imbang nirgol menjamu lawan yang sama di kompetisi yang sama juga.
Namun sejak itu Italia terus membukukan kemenangan yakni berupa satu laga persahabatan internasional menghadapi Amerika Serikat serta lawan-lawannya di Grup J Piala Eropa 2020.
Torehan itu jelas menimbulkan ekspektasi bahwa Mancini telah menghadirkan era baru bagi timnas Italia, yang bahkan ditangkap dengan jeli oleh sponsor apparel Gli Azzurri yang merilis jersey baru berwarna hijau berembel-embel istilah "seragam renaisans".
Di bawah Mancini, Italia menerapkan skema 4-3-3 yang menempatkan duet Jorginho dan Marco Verratti sebagai pivot ganda pengatur serangan.
Mancini juga memberi kepercayaan kepada barisan pemain muda yakni Nicolo Barella (22 tahun), Gianluigi Donnarumma (20) dan Federico Chiesa (21) sebagai langganan starter, sedangkan nama belia lain seperti Nicolo Zaniolo (20), Sandro Tonelli (19) dan Moise Kean (19) juga dapat kesempatan.
"Anda bisa melihat Italia yang lebih meyakinkan, bergairah untuk mengikuti arahan pelatih dan mengikuti ide jelas yang kami pikirkan sejak awal," kata penyerang Andrea Belotti yang turut menyumbang dua gol ke gawang Liechtenstein.
"Anda bisa lihat kami melakukan hal-hal indah di lapangan, terlebih jika dibandingkan kekonyolan dua tahun lalu," ujarnya menambahkan.
Boleh jadi ada kalangan yang menganggap tantangan di Kualifikasi Piala Eropa 2020 Grup J tak terlampau berat, mengingat selain Liehtenstein, Italia hanya bertemu Finlandia, Yunani, Bosnia-Herzegovina dan Armenia.
Kendati demikian, Mancini setidaknya sudah mencontreng salah satu tugasnya yakni membuat Italia kembali jadi tim disegani di Eropa.