Ambon (ANTARA) - Bupati Maluku Tenggara Taher Hanubun berharap jembatan penghubung desa Rumahdian dan Dian Darat yang ambruk pada Sabtu (30/11) dapat dibangun secara permanen oleh Dinas Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Maluku.
"Saya berharap jembatan yang ambruk ini dapat dibangun secara permanen karena keberadaannya sangat strategis sebagai penghubung bagi masyarakat di dua kecamatan yakni Manyeuw dan Kei Kecil Barat (KKB)," kata Taher, di Ambon, Selasa.
Taher mengaku saat jembatan tersebut ambruk dirinya langsung turun ke lokasi untuk melihat kondisinya serta melaporkan kepada Kepala Dinas PUPR Maluku, Ismail Usemahu, sedangkan laporan resminya baru akan disampaikan pada Selasa.
Dia mengapresiasi keputusan DPRD Maluku dan Pemprov Maluku melalui Dinas PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp500 juta untuk perbaikan jembatan yang ambruk tersebut dan dijadwalkan rampung dalam satu bukan ke depan.
"Saya mengapresiasi kebijakan tersebut, tetapi dengan anggaran Rp500 juta berarti hanya perbaikan sementara saja. Seharusnya jembatannya dibangun baru secara permanen mengingat konstruksi jembatan yang roboh sudah sangat tua," katanya.
Bupati Maluku Tenggara mengaku kerangka jembatan tersebut dulunya digunakan pada jembatan Watdek yang menghubungkan Pulau Dullah di Kota Tual dan Pulau Kei Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara dan melintas di atas selat Rosenberg.
Setelah jembatan Watdek dibangun dengan konstruksi baru pada 26 tahun lalu, maka jembatan tipe Bailey tersebut dipindahkan dan dijadikan jembatan penghubung antara Rumahdian dan Dian Darat pada 1993.
"Ternyata saat digunakan sebagai jembatan penghubung dua kecamatan, kerangkanya hanya dicat ulang untuk menutupi karatan. Saat roboh saya langsung laporkan kepada provinsi karena jembatan tersebut menjadi tanggungjawab Pemprov," ujarnya.
Dia berharap Dinas PUPR Maluku dapat membuat perencanaan ulang terhadap jembatan tersebut karena keberadaannya sangat vital sebagai penghubung antarkampung dan antardesa di pesisir barat Pulau Kei Kecil.
"Jembatan ini sangat vital dan semua warga yang bermukim di pesisir barat Pulau Kei Kecil melewati jembatan tersebut. Apalagi saat ini jembatan penghubung dari Desa Tethoat ke Dian Darat juga belum tersambung, sehingga semakin menyulitkan aktivitas warga," katanya.
Taher menambahkan, robohnya jembatan tersebut membuat masyarakat yang selama ini memanfaatkannya, terpaksa harus beraktivitas mengunakan perahu ketinting.
"Warga Dian Pulau kalau menjual ikan ke Kota Tual dan Langgur melewati jembatan tersebut, tetapi sekarang harus mengunakan ketinting atau perahu dengan biaya lebih besar, sehingga kemungkinan berdampak harga ikan juga akan mengalami kenaikkan," ujarnya.