Jakarta (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mendukung langkah Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI AD untuk menindaklanjuti hasil uji klinis fase 3 kombinasi obat COVID-19.
"Kami, tidak ada kata lain selain pertama mengapresiasi," kata Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid, saat sosialisasi uji klinis fase 3 kombinasi obat COVID-19, di Mabes AD, Jakarta, Sabtu.
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan TNI AD, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri menyelesaikan penelitian obat baru untuk pasien COVID-19 yang dirawat tanpa ventilator di rumah sakit. Obat itu hasil kombinasi dari tiga jenis obat.
Meutya mengapresiasi seluruh pihak yang sudah meluangkan waktu pikiran tenaga meski banyak kritik maupun dukungan, termasuk dari Unair dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
"Dua hari lagi kita akan memperingati HUT RI ke 75 dan hari ini saya hadir bersama teman-teman Komisi I Pak Sukamta dan Pak Bobi. Pertama, kami terharu melihat hasil karya anak bangsa yang insya Allah menjadi salah satu obat COVID-19 temuan pertama di dunia," ujarnya.
Komisi I DPR, kata politikus Partai Golkar itu, tentu mendukung TNI AD dan BIN selaku mitra kerja, serta kepolisian dan pihak terkait dalam pengembangan obat COVID-19.
"Ini karya anak bangsa yang selain kita apresiasi perlu kita dukung, dan beri kesempatan," ucapnya.
Meutya berharap setelah laporan uji klinis fase 3 masuk maka pemerintah, terutama BIN dan TNI AD dapat dengan cepat untuk menindaklanjutinya.
"Kita mungkin terus menerus bersembunyi dari COVID-19. Kita harus terus melawan bersama-sama dengan cara-cara, dengan protokol kesehatan, termasuk dengan temuan obat baru yang insya Allah bermanfaat bagi bangsa dan negara," tuturnya.
Sementara itu, Sestama BIN Komjen Pol Bambang Sunarwibowo menjelaskan penemuan obat COVID-19 di Indonesia sebenarnya dilatarbelakangi perkembangan pandemik yang tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi, melainkan ke sektor lain, termasuk masalah sosial yang berpengaruh sekali.
"Tidak hanya dampaknya pada Indonesia, tapi juga di dunia ini," katanya.
Yang terpenting, bagaimana bisa menemukan obat dan vaksinnya, dalam kaitan pencegahan dengan vaksin dan dengan penyembuhan kaitan dengan obat.
Oleh karena itu, kata dia, BIN bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, tetapi proses penemuan vaksin membutuhkan waktu dengan proses penelitian yang benar.
"Sedangkan kaitan dengan obat ini sendiri, kami bekerja sama dengan Unair sebagai inisiasi melakukan kerja sama agar bisa segera menemukan obat ini sehingga diharapkan adanya penurunan angka kematian daripada COVID-19," ujar Bambang.
Dalam pelaksanaannya, kata dia, diperlukan beberapa tahapan-tahapan sehingga obat ini dapat diproduksi dan diedar, salah satunya adalah melalui proses uji klinis sehingga sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Badan POM maka dilakukan kerja sama dengan TNI AD.
"Dari kerja sama ini maka kita bisa mempercepat proses uji klinis. Kalau menggunakan beberapa rumah sakit ini sangat banyak sekali dan membutuhkan waktu yang panjang. Maka dengan bantuan dari TNI AD ini sangat bermanfaat untuk mempercepat efektivitas proses daripada uji klinis obat ini. Ini sangat kita harapkan membantu untuk mengatasi atau mengurangi daripada tingkat kematian yang terjadi di Indonesia akibat COVID-19," kata Sestama BIN.