Kerusakan Sawah Tidak Pengaruhi Swasembada Beras Buru
Jumat, 12 November 2010 5:56 WIB
Bupati Buru Husnie Hentihu mengatakan, kerusakan sawah akibat banjir yang melanda Kecamatan Waepo pada Juli lalu, tidak mempengaruhi rencana menjadikan kabupaten itu sebagai salah satu daerah swasemba beras di kawasan timur Indonesia.
"Luas sawah yang terendam hanya 300 hektare dari lari luas lahan 5.733 hektare, sehingga tidak mempengaruhi rencana swasembada beras," kata Husnie Hentihu, di Ambon, Kamis.
Hentihu menjelaskan bahwa musibah banjir tersebut tidak sampai merusak seluruh tanaman padi karena hanya dalam beberapa hari kemudian air mulai surut.
"Memang ada yang rusak tetapi tidak semua, tanaman padi yang rusak langsung diganti dengan tanaman yang baru, bahkan saat ini tinggal menunggu panen," ujarnya.
Hentihu mengatakan, dari total luas lahan sawah di pulau Buru, rata-rata hasil per hektare sebesar dua ton beras per musim panen atau empat ton beras per tahun.
"Total hasil panen beras dalam setahun dari luas panen 5.733 hektare sebesar 22.932 ton beras atau setara dengan Rp103,19 miliar," ujarnya.
Di samping padi sawah, menurut Hentihu, Pemkab setempat juga mengembangkan program pemanfataan lahan kering untuk budidaya padi gogo, hotong dan kakao.
"Khusus tanaman kakao dari luas panen 5.528,60 hektare dapat dihasilkan 4.040 ton biji kakao kering setiap tahun atau setara dengan Rp49 miliar," katanya.
Hentihu mengungkapkan, kendala yang dihadapi para petani di pulau Buru yakni tidak berfungsinya jaringan irigasi pedesaan dengan baik akibat belum selesainya proyek pembangunan bendungan Waegeren.
"Kalau pembangunan bendungan Waegeren sudah rampung sangat berdampak pada peningkatan produksi padi," katanya.
Hentihu menambahkan, beberapa program mendorong swasembada beras yang dilakukan pada tahun ini antara lain pencetakan sawah baru seluas 500 hektare, pembangunan jalan usaha tani sepanjang 10 kilometer, jaringan irigasi desa 500 hektare dan pengadaan 800 traktor.