Ambon (ANTARA) - Para petani rumput laut di wilayah terluar Provinsi Maluku seperti Larat, Kabupaten Kepulauan Tanimbar hingga daerah lain di Kabupaten Maluku Barat Daya sangat membutuhkan bantuan modal usaha dari perbankan untuk mengembangkan usaha mereka.
"Minimal ada bantuan dana bergulir seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan kepada mereka agar menunjang usaha para petani rumput laut di wilayah itu," kata anggota Komisi III DPRD Maluku, Anos Yeremias di Ambon, Rabu.
Kebutuhan akan dana bantuan seperti KUR minimal Rp25 juta dengan sistem pengembalian bertahap dan bunga bank yang tidak memberatkan mereka akan sangat membantu para petani rumput laut untuk membeli bibit hingga peralatan penunjang usaha tersebut.
Menurut dia, komisi sudah pernah menyampaikan aspirasi ini kepada pihak perbankan, khususnya PT. Bank Maluku-Malut selaku BUMD milik Pemprov Maluku dan cukup mendapatkan respons positif.
"Salah satu BUMD ini memiliki kantor cabang pembantu di wilayah Kepulauan Tanimbat serta Kabupaten MBD dan kami mintakan pegawai banknya bisa melakukan survei lapangan," kata Anos yang juga Ketua F-Partai Golkar DPRD Maluku ini.
Tujuan dilakukan survei oleh petugas bank ini sangat strategis bagi mereka agar bisa melihat sendiri bagaimana potensi komoditi rumput laut yang dikembangkan di sana, kualitas, maupun prospek pemasarannya seperti apa.
Selama ini petani rumput laut hanya bisa menjual hasil panen mereka kepada para pedagang yang masuk ke Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya namun harga pembeliannya rendah, sementara harga di pasaran bisa mencapai Rp20.000 per kilo gram.
Sekarang sudah ada kapal tol laut yang masuk ke dua kabupaten itu sehingga para petani rumput laut bisa memanfaatkan peluang kembalinya kapal ke wilayah barat Indonesia dapat mengangkut hasil produksi mereka untuk dijual di Surabaya (Jatim).
Dia mencontohkan untuk ikan beku dari nelayan atau pengusaha di Larat, Kecamatan Tanimbar Utara misalnya sudah beberapa kali memanfaatkan peluang ini dengan menjual hasil lautnya ke Surabaya.
"Jadi kapal tol laut tidak kembali dalam keadaan kosong ke Pulau Jawa karena peti kemasnya sudah terisi berbagai hasil komoditi andalan daerah seperti ikan beku, rumput laut, biji kacang mete, atau pun kopra," jelas Anos.