Ambon (ANTARA) - Antropolog Prof Hermien Soselisa mengatakan penting untuk menerapkan metode antropologi dalam mengkaji dan menelusuri sejarah Maluku, karena sebagian besar sejarah di daerah tersebut diturunkan dari generasi ke generasi melalui tradisi tutur.
"Pentingnya penerapan metode antropologi dalam kajian dan riset sejarah Maluku, karena sejarah sebelum masuknya Islam dan era kolonial diturunkan dari generasi ke generasi melalui tradisi tutur," katanya, di Ambon, Jumat.
Prof Hermien Soselisa merupakan satu dari tiga antropolog di Maluku. Ia mengajar di Fakultas Sosiologi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon dan beberapa fakultas lainnya, termasuk di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM).
Selain menjadi dosen, ia juga terlibat dalam berbagai penelitian sejarah dan kepurbakalaan di Maluku. Baru-baru ini ia mengepalai riset terkait tinjauan potensi sumber daya arkeologi di Teluk Ambon yang dikerjakan bersama tim arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku.
Hermien mengatakan sejarah tentang Maluku dan masyarakatnya baru tercatat pada era penyebaran agama Islam melalui proses perdagangan sekitar abad ke-15, kemudian masuknya bangsa Portugis pada 1512 dan diteruskan oleh era kolonial Hindia Belanda.
Sebelum masa itu, masyarakat Maluku tidak mengenal aksara dan menggunakan tradisi tutur untuk menyebarkan sejarah mereka dari satu generasi ke generasi lainnya, sehingga sejarah yang paling mudah ditelusuri adalah melalui catatan-catatan kolonial maupun sejarah penyebaran Islam.
Mengkaji dan menelusuri sejarah Maluku yang jauh lebih tua dari era tersebut, ujar Hermien, diperlukan penerapan metode dan kajian antropologi karena bidang ilmu tersebut mengedepankan konsep holistik dan komparatif.
"Sejarah di Maluku yang mulai tercatat bisa kita lihat setelah masuknya Islam, juga era kolonial melalui catatan laporan-laporan tentang Maluku, sekarang bisa kita dapatkan di Arsip Nasional," ujar Hermien.
Dikatakannya lagi, melalui penerapan dan kajian antropologi, penelusuran sejarah Maluku bisa dilakukan melalui kajian tradisi dan budaya, manusia dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dapat dihubungkan dengan tradisi tutur yang masih tertinggal di dalam masyarakat.
Kajian tersebut bisa dikomparasi dengan catatan lainnya yang memungkinkan untuk mendapatkan titik terang mengenai kejelasan sejarah, apakah sesuai dengan kondisi pada masa lalu.
"Karena diturunkan dari satu generasi ke generasi lain, tuturan sejarah mengalami distorsi atau mengalami pengurangan dan bisa juga penambahan sesuai dengan orang yang menerima informasi, tetapi tetap ada intinya yang dijaga," kata Hermien.
Antropolog: kajian sejarah Maluku perlu terapkan antropologi, begini penjelasannya
Jumat, 10 Desember 2021 18:38 WIB