“Karena guru bahasa Inggris di tiap-tiap sekolah di Maluku itu sangat kurang. Jadi kalau ada relawan seperti teman-teman ini, sangat bagus Sekali. Dan mudah-mudahan dalam empat kali dalam sebulan secara rutin ini, untuk bagaimana bisa berbahasa Inggris itu tetap dilanjutkan terus,” kata DPD RI, Anna Latuconsina, di Ambon, Senin.
Anna meminta kepada The Mulung untuk baiknya melakukan kerja sama dengan pemerintah negeri Tial, serta pemerintah desa lainnya, untuk menarik masyarakat untuk mendorong anak-anak ikut dalam kegiatan The Mulung School.
“Karena ini kan sukarelawan yang datang dari luar negeri itu. Jadi agar kemudian bisa mendapatkan tempat yang tepat, agar bagaiaman anak-anak itu bisa ikut, sehingga bisa membuat anak-anak itu betul-betul bisa aktif berbahasa Inggris,” ucapnya.
Ia berharap ke depannya semakin banyak orang-orang seperti komunitas The Mulung sebagai salah satu komunitas lingkungan yang juga peduli akan pendidikan di Maluku.
“Jadi merekalah anak-anak muda yang akan merubah Maluku ini jadi lebih baik, yang menjaga pendidikan berkualitas baik tetap terjaga dan semakin meningkat ke level yang tinggi,” tutur Anna.
Baca juga: Putri Indonesia Maluku Jaswin Kaur Dhillon kembali ke kampung halaman untuk belajar budaya
Selain itu, Putri Indonesia Maluku 2022 Jaswin Kaur Dhillon juga turut senang melihat di Maluku masih ada yang semangat mengajari bahasa Inggris untuk anak-anak desa atau negeri yang terbilang cukup jauh dari perkotaan.
“Jadi saya juga sempat turut ikut melihat teman-teman dari The Mulung ajari anak-anak bahasa Inggris kan, dan mereka diajari membaca cerita berbahasa Inggris. Jadi saya ikut membantu membenarkan jika mereka bacanya masih kaku, jadi seneng aja lihatnya. Kan ini kayak sesuatu yang baru bagi saya,” kata Jaswin.
Ia mengatakan, mengenai literasi di Maluku sebenarnya sudah diriset, dan tingkat literasi di Maluku, kata Jaswin, itu cukup rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya.
“Di Indonesia sendiri itu kan ada literasi baca tulis, tingkat kegemaran baca di Indonesia timur, termasuk di Maluku itu masuk tingkat 26 dari 34 Provinsi, dan 3 dari 34 provinsi terparah itu ada datangnya dari Indonesia timur,” terangnya.
Jaswin juga menyebutkan programnya terkait “kele par kalesang” merupakan semangatnya dalam memajukan literasi di Indonesia Timur terutama Maluku.
Kele berarti merangkul, par adalah untuk dan kalesang adalah merawat. Kata Jaswin, ia ingin merangkul dan merawat anak-anak Maluku dalam dunia literasi.
“Jadi kenapa saya ambil literasi itu karena menurut saya pendidikan itu hal yang paling penting buat semua orang. pendidikan itu hal yanh paling basic buat dimiliki semua anak-anak,” jelasnya.
Jaswin berharap, ke depannya, literasi di Indonesia Timur lebih berkembang lagi menjadi lebih baik, apalagi dengan adanya komunitas-komunitas di Maluku, seperti The Mulung.
“Mungkin saya belum seberapa, tanpa dibantu oleh komunitas-komunitas lainnya, seperti komunitas The mulung ini salah satunya. Dan Semakin banyak kita bisa membantu anak-anak sampai ke pelosok timur pun justru lebih baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, ia percaya potensi anak-anak Indonesia timur tidak kalah sama anak-anak yang ada di pulau Jawa dan di pulau-pulau Sumatera. Jika memiliki infrastruktur fasilitas, dan juga diberikan guru-guru yang berkualitas, ini akan memajukan literasi anak-anak di Maluku.
Sementara itu, pendiri The Mulung, Olyvia Jasso mengatakan, awal mula berdiri The Mulung school saat sedang melakukan pembersihan di Pantai Tial, dan bertemu dengan anak-anak di situ, sejak Agustus 2021 lalu, dan didirikanlah The mulung school.
“Akhirnya kita berkeinginan untuk ngajar anak-anak ini. Ternyata yang tujuan awal buat ngajar bahasa Inggris saja, akhirnya kita juga bisa kasi edukasi tentang lingkungan di situ, dan yang awalnya anak anak buang sampah sembarangan, mereka akhirnya bisa membuang sampahnya pada tempatnya, karena dibilang terus menerus,” katanya.
Kata Olyv meskipun The mulung fokus pada lingkungan, tapi untuk edukasi dan sosialisasi buat anak-anak itu tidak ditinggalkan.
“Dan sampai sekarang rencananya akan ada The Mulung school di Negeri Alang, Kecamatan Leihitu Barat, dan di Negeri Tengah-tengah, Maluku Tengah juga sudah ada teman-teman pemuda yang komunikasi, jadi pasti akan jalan dengan program yang sama dengan pembelajaran yang sama juga,” ungkapnya.
Nanti, lanjut Olyv, mereka akan membuka pendaftaran. Untuk teman-teman di luar sana yang mau ikut serta, dan mau membantu dan punya dampak juga buat orang-orang sekitar lingkungan, akan jadi bagus sekali.
Olyv menegaskan, belajar bahasa Inggris sangat penting untuk kalangan anak muda. Karena menurutnya, dengan bahasa Inggris, dapat memajukan potensi Sumber daya manusia yang lebih baik ke depannya.
“Bahasa Inggris jadi bahasa internasional dan semua orang baiknya mengetahui, karena semua pekerjaan sekarang membutuhkan itu. Aplagi potensi wisata di Negeri Tial itu sangat luar biasa,” katanya.
Ia mengaku saat ini anak-anak semakin semangat mengikut pembelajaran bahasa Inggris, dan hampir setiap datangi Negeri Tial untuk mengajar, The mulung school semakin banyak didatangi anak-anak lainnya.
Ia berharap, teman-teman yang lain, dan komunitas literasi serta lingkungan di Maluku ke depannya dapat bersinergi dan kolaborasi untuk atasi masalah pendidikan dan lingkungan yang ada di Maluku.
“Masalah pendidikan dan lingkungan kalau dilihat memang masih jauh dari kata sempurna. Tapi saya yakin kalau ke depannya tetap kolaborasi, tetap fokus dan konsisten pasti akan dapat hasilnya yang baik juga ke depannya. Siapa pun itu kalian di mana pun, teman-teman bahkan di negeri-negeri juga tetap lakukan dengan hati,” pungkasnya.