Ambon (ANTARA) - Bendungan Waeapo di Kabupaten Buru, Maluku, yang dikerjakan menggunakan sumber dana APBN secara tahun jamak senilai Rp2,1 triliun itu, akan mampu mengairi 10.000 hektare sawah.
"Pengerjaan proyek ini sudah dimulai sejak tahun anggaran 2017 dan ditargetkan akan rampung dalam tahun ini," kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Maluku Hatta Hehanussa di Ambon, Maluku, Kamis.
Menurut dia, Pimpinan dan Anggota Komisi III DPRD Maluku baru selesai melakukan agenda pengawasan anggaran pembangunan tahun 2021 di bendungan tersebut.
Baca juga: Pemkab Maluku Tenggara pastikan pembangunan infrastruktur di Kei Besar
Sesuai perencanaannya, proyek Bendungan Waeapo akan mengairi 10.000 hektare sawah di Pulau Buru dan menghasilkan air baku dengan debit 0,5 m3/detik, serta dapat mereduksi banjir 557 m3/detik.
"Bendungan ini juga akan dijadikan sebagai tempat pariwisata baru yang diprediksi dapat menumbuhkan perekonomian di daerah," ucapnya.
Pekerjaan proyek ini meliputi pembangunan bendungan utama yang ditangani oleh PT Pembangunan Perumahan dan PT Adhi Karya (KSO) dengan nilai anggaran untuk paket I Rp1.069 triliun.
Lalu, pembangunan pelimpah atau spillway dilaksanakan oleh PT Hutama Karya dan PT Jasa Konstruksi (KSO) dengan nilai kontrak Rp1,013 triliun.
Kemudian, ditambah lagi dengan anggaran supervisi atau pengawasan Rp74 miliar, sehingga totalnya sebesar Rp2,156 triliun.
Baca juga: Legislator Maluku soroti pinjaman SMI pengaruhi DAK 2022
Bendungan ini dibangun di atas lahan seluas 444,79 hektare dan luas genangannya mencapai 235,10 hektare serta dapat menampung air maksimal 50 juta meter kubik.
Tipe Bendungan ini urukan zonal dengan inti tegak setinggi 72 meter.
"Dalam perencanannya, bendungan ini juga digadang-gadang akan memberikan manfaat berupa aliran air untuk dipakai sebagai pembangkit listrik 8 MW serta mampu menerangi kurang lebih 8.750 rumah di wilayah Kabupaten Buru dan sekitarnya," katanya.
Baca juga: DPRD Maluku minta pembangunan infrastruktur daerah terdampak bencana