Jakarta (ANTARA) - Senior Programmer Sundance Film Festival Heidi Zwicker mengatakan festival film independen hadir untuk merayakan gagasan dan originalitas para pembuat film indie yang membuat film sebagai media bersuara.
"Film independen memiliki aspek yang sangat otentik untuk menyuarakan ide dari pembuatnya. Film independen adalah sebuah 'wilayah' dimana pembuat film benar-benar nyaman dan yakin untuk menyuarakannya. Saya merasakan gairah itu dan film mampu membuat koneksi tersendiri, terlepas kita yang menonton berasal dari background yang berbeda-beda," kata Zwiker kepada ANTARA, Kamis (26/8) malam.
Saat ditanya apakah film-film yang mengangkat isu sosial kini menjadi tren dan meraih pengakuan di berbagai ajang film dunia, Zwiker berpendapat, hampir semua film menyentuh cerita-cerita di kehidupan sehari-hari, termasuk mengangkat atau menyinggung isu sosial yang terjadi.
"Saya pikir hampir semua cerita menyentuh banyak aspek isu sosial, dan bagaimana kita sebagai masyarakat melihatnya. Banyak cerita romansa, coming of age, yang menyentuh isu sosial yang dekat, bahkan bisa relate dengan audiens di berbagai tempat atau negara," ujar dia.
Lebih lanjut, Zwiker mengatakan film merupakan media yang kuat untuk berkomunikasi, dan festival film menjadi ajang penting untuk memberikan akses lebih luas baik kepada pembuat film maupun penonton.
"Film adalah media yang begitu kuat, ia bisa mengubah perspektif orang, membawa kehidupan untuk hidup melalui lensa (kamera). Dan, festival adalah bagian utama dari membagikan kisah-kisah itu. Bagi saya, festival adalah komunitas bagi penyuka dan pembuat film untuk saling bertukar pikiran dan gagasan bersama-sama," kata dia.
Sependapat, CEO Sundance Institute Joana Vicente mengatakan festival juga menjadi sebuah platform yang cukup penting bagi pembuat film independen untuk dikenal secara luas. Pandemi pun tidak menghalangi misi tersebut, terlepas dari segala adaptasi yang dilakukan beberapa tahun terakhir, seperti penyelenggaraan Festival Film Sundance yang digelar virtual.
"Pandemi sangat berdampak buat semuanya, dan festival menyesuaikan dengan dihelat virtual. Namun, festival masih menjadi launching platform yang bertahan bagi pembuat film. Misalnya, film "CODA" yang baru saja memenangkan Oscar, film itu masih bisa menyentuh banyak orang terlepas film itu ditayangkan digital, dan tidak langsung (in person)," papar Vicente.
"Selain itu, hal lain yang menyenangkan dari sebuah festival film adalah banyaknya hal-hal tak terduga di dalamnya -- diskusi, percakapan yang terbentuk secara langsung menjadi salah satu memori dan pengalaman mengasyikkan ketika kita hadir di festival film," imbuhnya.
Sementara itu, perayaan film Sundance Film Festival: Asia 2022 kembali hadir secara luring di Indonesia pada 25-28 Agustus 2022 di FLIX Cinema ASHTA District 8 Jakarta.
Baca juga: Film petualangan "Avatar" kembali ke bioskop dalam format 4K High Dynamic Range