Ambon (ANTARA) - Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Maluku, Azis Tunny membantah telah memeras pedagang Pasar Mardika Ambon dengan mengatasnamakan orang dekat Gubernur Maluku.
Ia mengatakan isu tersebut sudah jadi komoditas politik.
“Saya tidak mau berprasangka atas masalah ini apakah ada motif tersendiri atau tidak, tapi hari ini isu ini sudah jadi komoditas politik,” kata Azis Tunny, di Ambon, Maluku, Kamis.
Hal ini menyusul beredar luas sebuah rekaman suara pengakuan seorang perwakilan pedagang di Pasar Mardika Ambon, Alham Valeo yang ditagih hingga ratusan juta rupiah oleh Azis Tuny.
Azis menegaskan, dirinya tidak pernah melakukan pemerasan terhadap para pedagang Pasar Mardika Ambon, apa lagi hingga membawa nama Gubernur Maluku, Murad Ismail.
“Itu fitnah. Pemberitaan media dari kemarin membingkai seakan-akan itu pemerasan, padahal tidak ada,” katanya
Baca juga: Oknum Polisi di Ambon dilaporkan karena dugaan pemerasan
Ia mengaku, sejauh ini ia cukup dekat dengan pedagang di Pasar Mardika, khususnya yang tergabung di Asosiasi Pedagang Mardika Ambon (APMA) sejak relokasi lebih dari 2000 pedang saat rehabilitasi gedung Pasar Mardika.
“Dan saya ikut bantu advokasi beberapa pedagang yang tergusur akibat rehabilitasi gedung Pasar Mardika. Jadi sebenarnya saya punya relasi dengan pedagang sangat baik, dan tidak ada masalah. Beberapa kali kegiatan pedagang saat buka puasa bersama di pasar mardika dan saat pelantikan pengurus APMA di Hotel Avira saya juga diundang,” terangnya.
Kata Azis, sebelumnya ia juga tidak pernah melakukan pembahasan terkait anggaran izin pembangunan lapak di atas trotoar dengan para pedagang. “Sama sekali tidak ada,” ujarnya.
Beredarnya Rekaman suara berdurasi 16 menit 26 detik itu memperdengarkan percakapan antara Alham Valeo alias Abang Al yang merupakan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Mardika Ambon (APMA) dengan seorang yang mengaku orang dekatnya Gubernur Maluku, Murad Ismail.
Dalam rekaman tersebut, Al mengaku Asiz Tuni beralasan akan menyetor uang tersebut ke Gubernur Maluku, Murad Ismail agar memberikan izin pembangunan lapak di atas trotoar.
Tak hanya itu, uang yang ditagih juga disebutkan, dipakai untuk keperluan pribadi, saat Azis tengah mengurusi pemilihan HIPMI.
“Itu saya pertama itu Rp80 juta setelah itu Rp50 juta, bertahaplah, karena kepentingan dia ada keluar-keluar ke Jakarta itu, urus-urus HIPMI itu, dia bilang, tolong bantu,” ungkap AI dalam rekaman tersebut.
Al sempat meminta kelonggaran waktu agar bisa mengumpulkan uang dalam jumlah banyak dari para pedagang lainnya.
“Karena saya tidak bisa memaksa pedagang. Karena ini warga saya semua. Nanti mereka bilang saya ketua mereka tapi kenapa kasi harga mahal. Jadi banyak yang saya kasih itu, saya kasih Rp.100 juta ke Azis,” sebutnya.
Asiz menjanjikan, kedekatannya dengan Gubernur Murad akan mempermulus proses perizinan pendirian lapak bagi para pedagang Pasar Mardika.
Baca juga: Masyarakat Diminta Laporkan Pemerasan Gunakan Nama Pejabat