Ambon (ANTARA) - Prevalensi kasus kekerdilan atau stunting di kota Ambon mengalami penurunan 4,6 persen di tahun 2022 jadi sebanyak 510 kasus melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran.
"Awal tahun 2022 kasus stunting di Ambon sebanyak 600 kasus, setelah dilakukan validasi data hingga Oktober 2022 terdapat 510 anak stunting, atau mengalami penurunan 4,6 persen," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DPPKB) Kota Ambon Welly Patty di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, hasil audit dan validasi data yang dilakukan tim Dinas Kesehatan,DPPKB, camat, Kepala desa,raja Lurah di lima kecamatan, masih terdata 510 anak yang menderita stunting.
Baca juga: Wagub: Cegah stunting wujudkan generasi Malut yang handal
Menurut Welly, ada lima penyebab stunting di Kota Ambon, yakni asupan gizi kalori, jumlah anggota keluarga yang banyak di dalam satu keluarga, sanitasi, asupan gizi, dan ASI ekslusif.
Dari jumlah 510 penderita stunting di kota Ambon, lanjutnya, 201 penderita karena kurangnya asupan gizi karena pendapatan orang tua. Lalu ada 110 penderita disebabkan faktor lingkungan atau sanitasi, dan 199 anak karena pola asuh orang tua.
Welly menyatakan, upaya yang dilakukan untuk menurunkan kasus untuk kekurangan asupan gizi serta pola asuh, melalui intervensi sosialisasi antar pemangku kepentingan.
"Karena ada keluarga yang dinilai mampu, tetapi anaknya stunting, penyebabnya adalah pola asuh yang tidak benar, mungkin saja tiap hari anak diberikan asupan makanan instan, sehingga membuat berat badan tidak ideal dan menderita stunting," katanya.
Baca juga: Pemkot Ambon galakkan program dapur sehat atasi stunting, begini penjelasannya
Selain itu, ia mengatakan bagi anak juga tidak mendapatkan asi ekslusif akan diintervensi dengan pemberian paket kebutuhan pokok untuk meningkatkan gizi anak.
Ia menambahkan, kasus stunting di Ambon tersebar di lima kecamatan,dengan angka kasus terbanyak di Negeri Laha Kecamatan Teluk Ambon.
Angka stunting di Ambon mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 sebanyak 3.000 kasusz menurun di 2021 menjadi 1.500 kasus dan 2022 sebanyak 510 kasus.
Baca juga: Maluku kampanyekan konsumsi ikan untuk cegah "stunting", gelar lomba masak