Ambon (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyiapkan peta rawan tsunami pada dua wilayah di Pulau Ambon, Maluku, yakni Desa Galala dan Negeri Hative Kecil.
Kepala Pusat Sesmologi teknik geofisika potensial Tanda Waktu, Muzli menyatakan, BMKG telah membuat peta rawan tsunami di dua wilayah, yaitu Desa Galala dan Negeri Hative Kecil kecamatan Sirimau Kota Ambon, katanya di Ambon, Selasa.
"Peta rawan tsunami dan skenario jika terjadi gempa bumi dibuat dengan pertimbangan berdasarkan data historis atau patahan yang dimiliki berdasarkan referensi kejadian, " katanya.
Kota Ambon, katanya, diapit beberapa sumber gempa bumi yang tersebar di daratan hingga lautan, beberapa di antaranya adalah sabuk lipatan naik ke utara Seram, kemudian sesar Utara Buru, sesar Manipa, sesar Selatan Buru dan bagian selatan Pulau Ambon.
"Dimana sumber ini diperkirakan dapat mengakibatkan kejadian gempa bumi dengan magnitudo hingga 7,0," katanya.
Ia menjelaskan, peta rawan bencana yang dibuat telah melakukan identifikasi para ahli terkait sesar yang ada, tidak hanya di wilayah Kota Ambon dan sekitarnya tetapi di seluruh wilayah Indonesia.
"Yang paling penting dipahami bahwa tidak selamanya kejadian gempa bumi ada pada peta yang sudah kita buat, tetapi yang harus kita sadari bersama tetap selalu waspada bahwa kejadian gempa bisa terjadi di mana saja," katanya.
Ia mengatakan, peta bahaya tsunami atau model tsunami dapat digunakan pemerintah daerah untuk mengatur jalur evakuasi, kemudian tata ruang dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
Berbagai upaya dapat dilakukan guna meningkatkan kapasitas masyarakat terhadap bencana gempa bumi, untuk meminimalisir resiko bertambahnya korban atau kerugian akibat bencana.
"Dengan mengetahui jalur patahan dan ditentukan infrastruktur di lokasi yakni seberapa kuat infrastruktur yang kita miliki kemudian juga ditentukan populasi, berapa besar potensi kejadian gempa bumi," katanya.
Diakuinya, kejadian bencana gempa bumi sulit diprediksi, tetapi untuk kerentanan masih bisa upayakan dengan desain bangunan yang tahan gempa bumi.
Hal yang terpenting yang harus diperhatikan adalah peningkatan kapasitas masyarakat di wilayah yang berpotensi, untuk mengurangi dampak akibat gempa bumi dan tsunami.
Upaya meningkatkan kapasitas masyarakat di wilayah yang berpotensi terjadi gempa bumi, dapat dilakukan dengan memberikan edukasi masyarakat latihan menyiapkan peta bahaya tsunami berupa bahaya guncangan.
"Selain itu mempersiapkan jalur evakuasi dan fasilitas penunjang lainnya, jika kapasitas dapat terbangun dengan baik maka resiko yang akan dihadapi jika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami dapat diminimalisir," kata Muzli.