Ambon (Antara Maluku) - Sejumlah lembaga swadaya masyarakat melalui Institut Dialog Antariman di Indonesia (Dian) meluncurkan buku "Angkat Pena Demi Dialog Papua", sebuah himpunan tulisan imam Neles Kebadabi Tebay Projo bagi proses perdamaian di Provinsi Papua.
Direktur Dian (Interfidei), Elga J Sarapung dalam siaran persnya, Selasa, mengatakan, buku setebal 274 halaman berukuran 14,5 x 21 cm itu berisi 54 tulisan karya Neles Kebadabi Tebay dari tahun 2001-2011.
Neles Tebay lahir di Godide, Kabupaten Dogiyai, Papua 13 Feb 1964, menyelesaikan pendidikan strata satu di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura, Jayapura, Papua tahun 1990.
Dia kemudian ditahbiskan sebagai imam projo pada Keuskupan Jayapura, 28 Juli 1992 di Wghete, Kabupaten Deiyai, dan mulai mengajar Misiologi pada STFT Fajar Timur Abepura, Jayapura, Papua Januari 2007.
Neles Tebay banyak mengikuti perkembangan maupun pembahasan gagasan "Dialog Jakarta-Papua" yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan di Papua, sejak tahun 2000.
Berbagai pertemuan dan mediasi itu kemudian ditulis Neles Teba dalam bentuk buku kecil, maupun tulisan di berbagai media cetak, termasuk dalam materi ceramah serta diskusi yang disampaikan di berbagai kesempatan, di Papua, Jakarta, bahkan dalam pertemuan-pertemuan internasional.
"Buku, tulisan, materi diskusi-diskusi tersebut sudah tersebar luas di berbagai jaringan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia," ujar Elga J Sarapung.
Dari sekian banyak tulisan Neles Tebay, sebagian sudah diterbitkan berupa bunga rampai di berbagai buku dalam dan uar negeri. Tetapi, khusus untuk tulisan di media akhirnya dicetak ulang dalam bentuk sebuah buku yang berisi 54 buah tulisan, dari tahun 2001-2011 (10 tahun) dan kemudian diluncurkan di Jakarta pada Selasa (29/5).
"Maksud peluncuran buku itu agar banyak orang mendapatkan kumpulan tulisan tersebut dengan mudah, sehingga memahami dengan lebih baik dan tepat apa yang dimaksudkan penulis tentang Dialog Jakarta-Papua yang dikedepankan dan diperjuangkan bersama dengan sahabat-sahabatnya selama ini," ujarnya.
Menurutnya sudah banyak orang yang membaca, mendengar dan berbincang-bincang tentang gagasan dialog Jakata-Papua, di berbagai tempat dan berbagai komponen masyarakat, baik pemerintah, perguruan tinggi, komunitas dan pimpinan agama serta kelompok masyarakat sipil yang lebih luas.
Pembacanya pun meliputi lingkungan terbatas sampai lingkungan terbuka di berbagai kalangan warga masyarakat Papua sampai dengan pejabat pemerintah pusat di Jakarta.
"Pada prinsipnya semua mendukung gagasan ini, sekalipun dalam beberapa faktor ada yang berbeda. Karena itu, perlu dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama, bahkan dengan publik lebih luas agar semua unsur terlibat untuk mempertajam maksud Dialog Jakarta-Papua serta maknanya dalam kehidupan berbangsa, terutama yang terkait dengan konteks persoalan Papua, khususnya apa yang diharapkan, yang penting serta perlu dilakukan," ujarnya.
Hanya dengan dialog, semua mimpi yang baik, harapan yang positif dan menjanjikan bagi masyarakat Papua bahkan Indonesia seutuhnya akan tercapai, yaitu Papua Tanah Damai, Indonesia adalah bangsa yang adil dan beradab.
Elga Sarapung menambahkan, peluncuran buku itu dirangkai dengan seminar sehari di Jakarta, menghadirkan sejumlah nara sumber, bertujuan mempertajam pemahaman bersama tentang Dialog Jakarta-Papua, menemukan hal-hal penting yang diperlukan untuk menindaklanjuti janji dan harapan serta memperoleh dukungan seluas-luasnya dari bebagai kalangan untuk merealisaikan terlaksananya Dialog Jakarta-Papua.
Seminar itu didukung Institut Dian/Interfidei, bersama Wahid Institut, Ma'arif Institut, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), Jaringan Antariman Indonesia (JAI) serta DEMOS.
Beberapa pembicara dalam seminar itu antara lain Albert Hasibuan, Farid Husein, Tugabus Hasanuddin, Tamrin Amal Tomagola, Ahmad Suaedy, Tri Agung Kristanto, Frans Magnis Suseno, AA Yewangoe dan Azyumardi Azra.
Dian Luncurkan "Angkat Pena Demi Dialog Papua"
Rabu, 30 Mei 2012 3:37 WIB