Ambon (ANTARA) - Festival Film Bulanan digelar di jalan menuju malam penghargaan, dengan pemutaran 20 film terpilih secara serentak di seluruh Indonesia, salah satunya dii Ambon sendiri, diputarkan film budaya Maluku yakni, Tahuri dan Rumah Adat Latakua.
Sutradara Film Tahuri, Fredy Likumahua mengaku bangga, karena akhirnya salah satu tradisi adat yang dipakai para petuah bisa dibuatkan menjadi film dan dikenal orang banyak bahwa Maluku mempunyai alat musik tahuri dari kulit kerang.
Ia mengatakan, alasan utama Tahuri diangkat menjadi sebuah film dokumenter, ini karena keberadaan Tahurilah yang menjadi alasan Kota Ambon dinobatkan sebagai Ambon City of Music oleh UNESCO.
“Alasan Ambon City of Music itu karena Tahuri ini. Dan kita juga mau kasih tahu kalau musik ini identitas orang Ambon, itu perangkat adat. Dan hingga sekarang, ini masih kurang diekspos,” kata Likumahua, Ambon, Rabu.
Ia mengungkapkan, proses produksi film ini pun memakan waktu sekitar dua minggu dengan mengalami sedikit kesulitan karena cuaca.
Ia berharap, ke depannya makin banyak generasi muda di Maluku yang berkarya lewat dunia perfilman maupun komunitas film yang tidak hanya diproduksi namun bisa menggelar nonton bersama.
“Dan semoga makin banyak juga produksi film tentang budaya di Maluku yang bisa kita angkat, agar orang di luar sana tahu seperti apa saja budaya kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Sutradara Film Rumah Adat Latakua, Iwi Marahena menyampaikan, film ini diangkat juga berdasarkan keresahannnya sebagai anak Negeri Tamilouw, Maluku Tengah.
Ia menjelaskan, pembangunan rumah adat Latakua hanya 40 tahun sekali dilakukan. Dari isu itu, sehingga menariknya untuk diangkat menjadi film karena berkaitan dengan isu-isu sosial.
“Saya ingin sebagai anak negeri, ada hal yang bisa saya lakukan dan bermanfaat. Saya tidak mau budaya di negeri saya diangkat oleh orang lain,” ucap Iwi.