Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Jumat, seiring dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus neraca perdagangan pada November 2023.
"Trade balance (neraca perdagangan) Indonesia yang masih surplus bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Ariston kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan menurut konsensus analis, neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 diperkirakan masih surplus 3,05 miliar dolar AS, meski di bawah bulan sebelumnya yang sebesar 3,48 miliar dolar AS.
Baca juga: Rupiah pada Jumat pagi melemah 11 poin jadi Rp15.513 per dolar AS
Selain itu, menurut dia, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini dengan momentum sinyal pemangkasan suku bunga acuan AS dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS terutama tenor 10 tahun, turun ke area 3,9 persen yang mengindikasikan ekspektasi pasar mengenai suku bunga acuan AS ke depan.
Di sisi lain, pagi ini pasar mungkin akan mempertimbangkan data-data ekonomi China seperti data produksi industri dan penjualan ritel. Data China yang menunjukkan perlambatan bisa menahan penguatan rupiah.
Pada perdagangan Jumat, potensi penguatan rupiah diproyeksikan ke area Rp15.400 per dolar AS hingga Rp15.450 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.530 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah tipis 11 poin atau 0,07 persen menjadi Rp15.513 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.502 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berpotensi naik didukung ekspektasi surplus neraca perdagangan