Ambon (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Moluccas Coastal Care (MCC) merangkul anak-anak di Banda Neira, Maluku Tengah dalam rangka pemeliharaan lingkungan.
“Kami memberikan edukasi lingkungan dalam upaya pemeliharaan lingkungan di level dasar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran akan lingkungan, perubahan perilaku, kemampuan untuk mengelola lingkungan dan kemampuan berpartisipasi mengajak orang lain,” kata Direktur LSM MCC Teria Salhuteru, di Ambon, Jumat.
Ia mengatakan, dalam dua minggu ini MCC telah mengedukasi sebanyak 10 sekolah yakni SD Negeri 92 Maluku Tengah, SD Negeri 235 Maluku Tengah, SMP Negeri 34 Maluku Tengah, SD Negeri 207 Maluku Tengah, SD Negeri 22 Maluku Tengah, SMA Negeri 1 Maluku Tengah, MTS All-Hilal Naira, TK Kemala Bhayangkari 07 BANDA, SMP PGRI Banda dan TK Ra Ar - Rasyid Banda.
Edukasi melalui program “Pengembangan fasilitas Sekolah Non Formal Rumah Belajar Kalesang” kepada anak-anak usia 4-18 tahun di Kepulauan Banda ini, LSM MCC berkolaborasi bersama PT. PLN Pesero IUW MMU.
Ia mengaku, MCC memberikan edukasi dengan materi bumi manusia dan misi penyelamatan, yang mana MCC memberikan gambaran kepada Anak-anak tentang usia bumi yang telah berusia 4,543 miliar tahun.
Menurutnya, ini penting agar anak-anak tahu bahwa saat ini bumi sudah sangat tua dan perilaku manusia kadang masih saja egois dan lupa tentang apa yang telah ekologi berikan.
“Kita harus kembali melihat satu kesatuan makhluk hidup yang mendiami bumi ini, sejatinya kita selalu berinteraksi satu sama lainnya dan diciptakan untuk saling harmoni,” terang Teria.
Ia menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku 2022, dari luas Provinsi Maluku 71,25 juta hektar. 92,4 persen atau 65,8 juta hektar wilayah Maluku adalah laut, sedangkan 7,6 persen atau 5,45 juta hektar merupakan daratan yang terdiri dari 1.340 pulau-pulau kecil dengan 3,9 juta hektar merupakan hutan.
Sehingga edukasi lingkungan untuk memitigasi dan mengadaptasi dampak perubahan iklim sangat perlu dilakukan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Hasil riset Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2018 menyatakan bahwa hanya sekitar 20 persen masyarakat Indonesia yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Hal ini tentunya tidak sinkron dengan kondisi alam yang sangat membutuhkan dukungan manusia untuk menjamin keberlanjutannya.
“Untuk itulah edukasi menjadi sebuah langkah yang penting di tengah krisis iklim yang mengancam kehidupan masyarakat dunia, terutama masyarakat di pulau-pulau kecil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim,” ucap Teria.